Rabu, 13 Januari 2010

FENOMENA SKIZOFRENIA


FENOMENA SKIZOFRENIA

oleh : Fitriyana Fauziah S.Psi


BAB I

FENOMENA SKIZOFRENIA DISORGANIZED

ΓΌ Riwayat Kehidupan Adi

Adi (bukan nama sesungguhnya ) adalah anak keempat dari tujuh bersaudara dan dia adalah anak laki-laki satu-satunya.Tinggi badannya kurang lebih 165 cm, beratnya sekitar 55 kg, dan dia beragama katolik. Pada masa kecilnya Adi dibesarkan oleh keluarganya yang serba kecukupan, akan tetapi dia lebih dekat dengan ibunya karena ayahnya sibuk oleh pekerjaannya sebagai PNS dan juga memiliki pekerjaan sampingan yang hasilnya melebihi gaji PNS.

Pada waktu Adi berumur 10 tahun, dia pindah dari kota A ke kota B bersama seluruh keluarganya karena ayahnya menderita katarak yang membutuhkan perawatan di kota besar. Kepindahannya ini dirasakan berat oleh seluruh keluarga, selain ayahnya sakit gaji PNSnya hanya diberikan setengah. Ditambah dengan seringnya orang tuanya yang sering sekali bertengkar karena sama-sama tidak mau mengalah demi mempertahankan pendapatnya, orang tuanya bersifat keras jadi tiap kali bertengkar ayahnya lebih suka keluar rumah untuk berjudi dan minum-minuman keras.

Setelah pindah itu ibunya memutuskan untuk berjualan bumbu dapur dipasar, jadi keluarganya masih bisa makan dari penghasilan ibunya. Akan tetapi ayahnya berkeinginan untuk membangun kafe di tanah warisannya yang ada di kota C, yang waktu itu masih sepi, akhirnya ayahnya pun meninggalkan keluarganya.

Pada saat ditinggal ayahnya, Adi berumur 16 tahun yang menghadapi masa remajanya tanpa bimbingan seorang ayah. Dahulunya Adi termasuk anak yang pendiam tapi setelah melihat keadaan keluarganya dia berubah drastic, dia sekarang memiliki banyak teman di kota B, bahkan dia tampak mrnonjol disbanding teman-temannya. Akan tetapi teman Adi ini adalah anak-anak nakal yang suka berkelahi, bahkan beberapa kali dia terlibat pencurian, yang seandainya cukup umur dia akan masuk penjara. Menurut ibunya, Adi memang sangat kental dan setia kawan bilamana dia berteman dengan orang lain dan Adi adalah anak yang pemalu yang tidak dapat mengungkapkan isi hatinya pada lawan jenis, namun sejak SMP dia memiliki banyak pacar akan tetapi semua hubungannya berlangsung singkat, sikapnya itu terbawa sampai dia masuk STM. Dan setelah lulus dia melanjutkan kuliah di sebuah universitas swasta terkemuka di kota B.

Setelah satu semester dia mendapat peringatan keras dari kampusnya karena nilai-nilainya sangat buruk dan prestasi kehadirannya sangat rendah. Akan tetapi setelah setahun berlalu sikapnya tidak berubah dan akhirnya dia dikeluarkan dari fakultas tehnik mesin tempat dia kuliah. Setelah itu dia bekerja tidak menentu, mencoba mengambil beberapa kursus yang tidak diselesaikannya, dan memiliki beberapa hubungan singkat dengan beberapa perempuan, dia juga sering pulang kekampung C untuk membantu ayahnya.

ΓΌ Keluhan-Keluhan Adi

Sejak duduk di bagku SMP, dia sudah menunjukkan perilaku delinquent dan berlanjut sampai Adi mengalami onset skizofrenia, pada umur 23 tahun. Sejak Adi kuliah, dia mulai tertarik dengan hal-hal yang berkekuatan gaib. Ia pernah memasang susuk di tengkuknya untuk memperoleh kekuatan supranatural. Dan setelah dia DO dia makin tertarik dengan hal itu. Adi menjadi sangat suka membaca alkitab, khususnya tentang berbagai nubuat akhir zaman. Dari teman-teman dan orang tua-tua yang dating ke rumahnya, dia mendapat berbagai ajaran untuk berpuasa untu mendapatkan ilmu-ilmu gaib. Dia menjadi rajin berpuasa, sampai pernah seminggu tidak makan sama sekali. Sejak itu tingkah laku dan bicaranya jadi makin sulit dipahami, namun kelurga tidak begitu khawatir karena masih dianggap hal yang wajar.

Setelah dua tahun DO keluarga baru khawatir dengan keadaannya. Pada waktu dia di kampong C untuk membantu ayahnya untuk menyiapkan lahan untuk membangun sebuah kafe, ia menunjukkna perilaku yang gelisah dan tidak mau diam. Hingga pada malam hari dia tetap bekerja sangat keras, memindahkan bebatuan disekitar rumahnya, hingga menjelang pagi. Kata ayahnya, tenaga Adi saat itu sangat luar biasa, seolah tidak ada kat lelah, bahkan batu besarpun bisa digesernya sendiri.

Setelah kejadian itu bicaranya semakin kacau, dan mulai muncul waham dan halusinasi yang pada umumnya berbau keagamaan. Adi mengaku dirinya sebagai perwujudan Illahi dan mengaku mendapat berbagai penglihatan dan pendengaran Illahi. Dan oleh keluarganya dia diantarkan ke orang-orang pintar. Akan tetapi hasilnya semakin buruk.

Dia tidak mau mandi dan sering tidur digenteng sekalipun dia kehujanan. Di genteng dia memakan berbagai hal yang ada, seperti kecoa, kabel, baut, mur, dll. Dia menyimpan kotorannya dibalik genteng, bahkan dia pernah merasa mendengar suara yang menyruknya untuk makan kotorannya itu, akan tetapi dia tidak melakukannya. Adi sering menggambar dan menulis berbagai hal yang tidak dipahami orang lain, sering berjalan kesana-kemari tanpa tujuan, dan sering membawa pulang berbagai sampah yang dianggapnya benda gaib. Tingkahnya itu sering kali menimbulkan keributan, sehingga dia dikeroyok orang-orang yang menyangkanya mencari gara-gara.

Keluarganya berusaha menyembuhkannya dengan hal-hal yang bersifat religi, dan setelah beberapa tahun keluarganya baru membawanya pada psikolog dan akhirnya dia dirawat di Rumah Sakit Jiwa.

BAB III

ANALISIS KASUS

Dalam analisa kasus diatas terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu dimensi waktu dan dimensi diri-orang lain. Dimensi waktu adalah adanya kontinuitas dari masa lalu hingga masa kini. Apapun yang terjadi dimasa kini memiliki akar sejarah yang panjang dimasa lalu. Masa lalu bukanlah sesuatu yang mati dan tak berrarti akan tetapi masa lalu selalu meninggalkan jejak dan menghadirkan diri dimasa kini. Berbagai peristiwa di masa lalu yang pentting bagi individu yang besangkutan, trutama hal-hal yang tidak terselesaikan dan masih menimbulkan konflik akan menghadirkan diiri kembali di masa kini yang berupa berbagai repetisi dan fenomena transference.

Dimensi yang lain adalah dimensi diri orang lain. Dimensi ini menggambarkan bahhwa antara kehidupan intra psikis (kehidupan dalam diri individu) dan kehiidupan interpersonal (relasi individu dengan orang lain, khususnya keluarga) selalu ada keterkaitan yang kuat.

Dari kedua dimensi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dialog yang kontinu antara masa lalu dengan masa sekarang dan antara diri dengan orang lain. Proses yang terjadi sesungguhnnya sangat intim antar satu sama lain.adapun pada analisssa kali ini terdapat ttiga bagian yaitu: internal obyek relations dalam diri Adi, hubungan timbal balik dengan internal obyek relations Adi dan yang ketiga adalah bagaimana masa lalu dan dinamika kepribadian Adi.

ΓΌ Internal object Relation

Secara keseluruhan tampak bahwa internal object Adi mengalami gangguan yang sangat berat. Ada kondisi disisntegrasi dalam kepribadiannya yang mengindikasikan adanya ganngguan kepribaddian sebelum onset skizrofrenia. Bila ita melihat riwayat hidup Adi bahwa perilaku menyimpang yang dilakukan bukan hanya muncul setelah ia sakit, namun jauh sebellumnya. Sejak SMP ia sudah menjjdi anak yang delinquent (nakal dan menyimpang dari norma sosial) dan kondisi ini bertambbah buruk denan beertanbahnya usia Adi.

Aspek yang paling menonjol dalam gangguan object relatios ini adalah fear of engulfment. Hal ini berarti the core of self Adi adalah rapuh. Kerapuhan ini membuatnya rentan bila berelasi dengan orang lain dan kondisi ini membawanya dalam konflik.

ΓΌ Kaitan antara internal object relations dengan eksternal object relations

Adanya konflik dalam keluarga Adi tidak pernah diikuti oleh Adi melainkan selalu di hindari dan lari pada teman-temannya membuat Adi mudah dipengaruhi oleh teman-temannya yang kemudian tumbuh menjadi remaja yang deliquent. Pada dasarnya yang dibutuhkan Adi saat itu adalah potential space, yaitu suatu ruang psikologi dimana pribadinya bisa tumbuh, berkembang dan merasa aman. Keadaan potential space dalam keluarga yang mendorong Adi untuk mencari potential semu pada teman-temannya dan ketika potential semu itu hilang maka Adi menjadi jauh dari realitas dan memasukidunia psikotik.

ΓΌ Bagaimana dinamika kepribadian mempengaruhi object relations

Perkembangan pribadi manusia merupakan hasil interaksinya dengan orang lain (eksternal object) khususny orang-orang yang sangat signifikan diawl perkembangan, yaitu orang tua (primary object). Primary object yng dihadapi Adi diawal perkembangan adalah dua pribadi yng sangat berbeda satu sama lain. Ayahnya adalah orang yang sangat duniawi pragmatis spekulatis dan childish. Sementar ibunya adalah orang yng sangat "rohani", idddealis dan memiliki etos kerja yang kuat. Perbedaan karakter yang sangat besar ini menimbulkan benih-benih keharmonisan dalam keluarga. Dengan kata lain potential space yang kemudian tercipta dalam kelurga menjadi sempit.

Pribadi Adi tumbuh dan berkembang dalam kurangnya potentiial space tersebut. Perbedaan karakterynag besar antara ayah dan ibu mengakibatkan eksternal object yang di internalisasikan Adi juga sangat bertentangan satu sama lain. Dampaknya pada pribadi Adi adalah munculnya konflk internal sejak awal perkembangan kepribadiannya. Sehingga dapt disimpulkan bahwa fondasi dasar kepribadian Adi tidak terbentuk dengan baik, melainkan self-nya menjadi noncohesive pathogenic self. Pribadi yang rapuh seperti ini akan mengalami kesulitan untuk berelasi dengan orang lain, bahkan akan menghindari relasi dengan orang lain karena dirasakan sebagai ancaman buat dirinya. Inilah yang diisebut dengan fear of engulfment.

Kondisi terisolasi bukan kondisi yang alamiah bagi manusia, karena motivasi utama manusia justruadalah untuk membina keterhubunan denga orang lain, oleh karena itu fear of engulfment menimbulkan konflik dalam diri Adi. Upaya Adiuntuk mengatasinya yaitu dengan membentuk konsep false self yang mana merupakan pribadi yang narasistic, merasa omnipotent, superior dan cendderung memanfaatkan orang lain sesungguhnya hanya untuk menutupi true selfnya yang rapuh, self esteem yang rendah, merasa terisolasi dengan orang lain dan takut akan keterpisahan dengan orang lain. Kemelut dalam keluarga Adi membuat pribadi Adi tidak dapat meng-handle peristiwa tersebut, sehingga ia lari dalam potential space semu yaitu dalam persahabatan yang dangkal dengan teman-temannya dan hubunan yang singkat dengan pacar-pacarnya.

DO yang dialami Adi juga berakibat suatu naracistic injury padanya. Akibat lain yang lebih berat adalah terputusnya hubungan Adi dengan teman-teman dan pacarnya yang ada. Potential space semu yang menjadi tempat suaka Adi kini hilang. Upaya Adi untuk mengambil kursus tidak dapat menggantikan potential semu tersebut melainkan menambah frustasi. Sementara itu konflik keluarga masih terus berlangsung. Setelah dua tahun hidup tanpa potential space, struktur defense Adi tidak dapat bertahanlagi dan mengalami disintegrasi. Ia semakin menjauh dari realitas dan lebih mengggunakan omnipontent thinking daripada menggunakan rational thinking akibat ia mengalami schizofrenia.

BAB IV

KESIMPULAN

Skizofrenia adalah kepribadian yang terbelah artinya, hilangnya sebagian besar kesadaran yang logis antara tubuh dan jiwa (disintegarsi), sehingga dalam beberapa keadaan perilakunya tidak sejalan dengan keadaan emosinya.

Dalam kasus adi diatas dia menderita skizofrenia disorganized. Dimana terdapat dialog yang kontinyu antara masa lalunya dengan masa sekarang dan antara dirinya dengan orang lain. Terdapat tiga analisa, yaitu:

- Internal object relation, yaitu secara keseluruhan tampak bahwa adi mengalami gangguan yang sangat berat mengenai internal object relationnya. Ada kondisi disintegrasi dalam kepribadian yang mengindikasi adanya gangguan kepribadian sebelum onset skizofrenia.

- Kaitan antara internal object relation dengan eksternal object relation, dalam kasus diatas dijelaskan adanya konflik keluarga Adi yang mengakibatkan Adi akhirnya lari pada teman-temannya. Pada waktu itu Adi membutuhkan potential space, yaitu ruang psikologi dimana pribadinya bisa tumbuh, berkembang, dan merasa aman.

- Bagaimana dinamika kepribadian mempengaruhi object relation. Primary object yang dihadapi Adi diawal perkembangan sampai akhirnya dia menderita skizofrenia adalah orang tua. Orang tua Adi yang sebenarnya sangat dia butuhkan untuk selalu mendampinginya dalam setiap perkembangannya ternyata belum memberikan kontribusi kepadanya, disebabkan seringnya orang tuanya bertengkar, banyaknya anak yang akhirnya mereka kurang kasih sayang dan pendekatan orang tua, kondisi ekonomi yang mendukung muncul banyak konflik dalam keluarga.

Rata Penuh

DAFTAR PUSTAKA

Y Ardani Ardi Tristiadi, Iin Tri Rahayu, Yulia Sholichatun. (2007). Psikologi Klinis. Yogyakarta:; Graha Ilmu.

Y Arif Setiadi Imam. (2006). Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung: Aditama..

Y Firdaus Jimmi, Muhammad Syukri, dkk. (2005). SCHIZOPHRENIA, sebuah panduan bagi keluarga skizofrenia. Yogyakarta: Dozz.

3 komentar:

  1. kasus seperti ini memang jarang diketahui masyarkat byk...

    trmaksh atas informasinya...

    BalasHapus
  2. kalau ngmabil contoh nggak usah nyebutin agama, saya rasa itu tidak pantas..

    BalasHapus
  3. ya.. tapi frame dalam masyarakat maupun dalam individu tak pernah terlepas oleh pengaruh dari agama ataupun suatu hal yang ia yakini sebagai suatu yang melatar belakangi gangguan kejiwaannya.

    BalasHapus