Jumat, 22 Januari 2010

GANGGUAN SEKSUAL


GANGGUAN SEKSUAL

Fitria Rachmawaty
Yuni Rachmania
Mia Rina Safitri
Minanurrahman
Ahmad Muzaki Basa

PENDAHULUAN


Kesehatan seksual merupakan suatu aspek kesehatan yang berhubungan dengan organ-organ kelamin dan perilaku seksual. Kesehatan seksual yaitu pencegahan penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak di inginkan, kenikmatan seks sebagai bagian dari hubungan intim dan kendali yang lebih besar terhadap keputusan seksual seseorang.
 Seks merupakan aspek intim yang penting, dalam hubungan saling mencintai antara satu orang dengan orang lain. Seks merupakan aspek hidup yang pribadi dan tersendiri yang jarang dibahas dengan orang lain. 
Perilaku seksual adalah bermacam-macam dan ditentukan oleh suatu interaksi faktor-faktor yang kompleks. Seksualitas seseorang adalah terlibat dengan faktor kepribadian yang lain, dengan susunan biologis dan dengan rasa umum tentang diri sendiri (sense of self). Ini termasuk persepsi sebagi laki-laki atau wanita, yang mencerminkan perkembangan pengalaman dengan seks selama siklus kehidupan. 
Seksualitas abnormal yaitu perilaku seksual yang destruktif bagi diri sendiri maupun oranglain, yang tidak dapat diarahkan kepada seseorang pasangan, yang diluar stimulasi organ seks primer, dan yang di sertai dengan rasa bersalah dan kecemasan yang tidak sesuai, atau konfulsif. 
Bagi kebanyakan orang, banyak yang tidak peduli tentang apakah perilaku seksual yang normal dan apakah jenis-jenis dan gangguan seksual. Gangguan seksual merupakan masalah dasar bagi pria dan wanita yang mengganggu kemampuan mereka untuk menikmati seks. 
Penyimpangan perilaku seksual sering di anggap perbuatan tidak bermoral oleh masyarakat. Ada penderita yang merasa bersalah atau depresi dengan pemilihan objek atau aktivitas seksual nya yang tidak normal. Namun banyak pula yang tidak merasa terganggu dengan penyimpangan tersebut kecuali bila ada reaksi dari masyarakat atau sanksi dari yang bewenang.

PEMBAHASAN

Perilaku seksual adalah bermacam-macam dan ditentukan oleh suatu interaksi faktor-faktor yang kompleks. Seksualitas abnormal yaitu perilaku seksual yang destruktif bagi diri sendiri maupun orang lain, yang tidak dapat di arahkan kepada seseorang pasangan, yang diluar stimulasi organ seks primer, dan yang di sertai dengan rasa bersalah dan kecemasan yang tidak sesuai, atau konfulsif. 
Rafelia secara harfiah ‘para’ artinya penyimpangan ‘filia’ artinya objek atau situasi yang disukai. Parafilia adalah dorongan seksual yang mendalam dan berulang yang menimbulkan fantasi seksual yang difokuskan pada objek yang bukan pada manusia saja, penderita atau penghinaan diri sendiri atau partnernya, atau anak-anak atau orang-orang yang tidak mengizinkan. Parafilia dapat di artikan juga yang menunjukkan pada objek seksual yang menyimpang (misalnya dengan benda atau anak kecil) maupun aktivitas ang menyimpang (misalnya dengan memamerkan alat genital). 
Penyimpangan ini bisa mengganggu hubungan seksual yang sehat (mengingat banyak penderita parafilia yang menikah. Parafilia di golongkan kriteria tingkat ringan yaitu bila penderita hanya mengalami dorongan parafilia yang kuat tetapi tidak melakukannya. Di anggap sedang bila melakukan kadang- kadang dan di anggap berat bila berulang-ulang dilakukan. Parafilia lebih banyak diderita pria daripada wanita dengan perbandingan 20:1.

Jenis-jenis dan gangguan parafilia :
a. Pedofilia 
Adalah kelainan seks dengan melakukan seksual untuk memenuhi hasratnya dengan cara menyetubuhi (pencabulan) anak-anak dibawah umur. Hal ini dilakukan oleh orang dewasa (16 tahun keatas) terhadap anak-anak secara seksual belum matang (biasanya dibawah 13 tahun). Hampir semua yang mengalami gangguan ini adalah pria. Untuk menarik perhatian anak, penderita bertingkah laku baik misalnya sangat dermawan ada juga yang berperilaku kasar dan mengancam.
Umumnya penderita pedopilia adalah orang yang takut gagal dalam berhubungan secara normal terutama menyangkut hubungan seks dengan wanita yang berpengalaman. Akibatnya ia mengalihkan pada anak-anak karena kepolosan anak tidak mengancam harga dirnya. Disamping itu ketika anak-anak, perilaku meniru dari model atau contoh yang buruk. Ada tiga macam penggangu dalam berfantasi : 
1. mengganggu situasional (situasional molester) yaitu mempunyai perkembangan dan perhatian seksual yang normal, tetapi keadaan tertentu seperti stress timbul keinginan seksual terhadap anak dan setelah melakukan merasa tertekan. 
2. pengganggu yang menjadi pilihan (preference molester) merupakan kepribadian dan gaya hidupnya. 
3. pemerkosa anak merupakan perbuatan dari dorongan seksual yang bersifat musuh. 

b. Exibionisme 
Adalah dorongan untuk mendapatkan stimulasi dan kepuasan seksual atau untuk membangkitkan fantasi-fantasi dengan memperlihatkan alat genital terhadap orang yang tidak dikenal. Gangguan ini tidak berbahaya bagi si korban. Penderita gangguan ini adalah pria dan korbannya adalah wanita (anak-anak maupun dewasa). 
Para ahli mengatakan gangguan ini biasanya mengalami gangguan buruk pada pasangan seks nya. Mereka tak percaya diri dalam hal seksual, dan biasanya tidak matang dalam hal nya sebagai seorang pria, penyebabnya pengalaman pada masa perkembangan anak-anak, pada masa anak dia menunjukkan alat kelaminnya dan korban merasa excited ( terkejut, takut, malu dan jijik) maka si penderita merasa itu adalah sebuah pujian dan kejantanan baginya. 
Menurut teori psikoanalisa, gangguan ini merupakan cara untuk menolak ketakutan kastrasi yang berasal dari tahap odipal, pada tahap ini penderita mengalami fiksasi. 

c. Voyeurisme 
Berasal dari bahasa prancis yaitu kata ‘voir’ artinya melihat, yaitu untuk mendapatkan kepuasan dengan cara melihat organ seks orang lain atau orang yang sedang melakukan katifitas seksual, yang tidak menyadari seseorang sedang di intip ( bahasa harian peeping tom ). Pada gangguan ini penderita memiliki keinginan yang sungguh-sungguh dan berulang untuk melihat orang yang tidak menyadari keberadaannya (mengintip). Gangguan ini memiliki dua ciri yaitu: 
1. mengintip merupakan kegiatan utama yang disukai
2. korban tidak mengetahui 
Menurut psikodinamika modern gangguan ini didorong oleh ketakutan terhadap kemampuan dalam berhubungan dengan wanita dan merupakan usaha untuk mengkonpensasi rasa malu. Adler menginterpretasikan gangguan ini sebagai fungsi rasa malu individu dalam meyelesaikan masalah seksualitasnya. Teori belajar sosial mengatakan bahwa gangguan ini berkembang akibat kurangnya seks individu.
 Bagi orang dewasa normal hubungan seks mencakup segala aktivitas yang dapat menyebabkan gairah seks (misalnya melihat organ seks pasangan) sampai aktivitas senggama itu sendiri, sedangkan pada penderita ini hanya memusatkan pada “melihat” sebagai satu-satunya cara untuk memperoleh kepuasan seksual. Umumnya penderita berasal dari keluarga yang puritan (tabu) terhadap seks.

d. Sadomasokis
Istilah sadisme berasal dari marquis de sade seorang penulis pada abad ke delapan belas, ia menggambarkan seorang tokoh yang memperoleh kepuasan seks dengan menyiksa pasangannya secara kejam, sadisme seksual adalah kepuasan seksual didapat dari aktifitas atau dorongan menyakiti pasangan. Siksaan bisa secara fisik (menendang, memperkosa, dan memukul) maupun psikis (menghina, memaki-maki), penderitaan korban inilah yang bisa membuatnya merasa bergairah dan puas. 
Orang ini menjadi gembira melihat atau berimajinasi tentang kesakitan oranglain, penyebabnya pada kehidupan, mula-mula hukuman dan disiplin banyak berperan. Psikoanalisa memandang gangguan ini sebagai cara untuk menurunkan kecemasan dalam mencari kepuasan seksual pada masa anak-anak. 

e. Masokhisme
Istilah Masokhisme diambil dari nama novelis Leopold Von Sacher Masoch yang seorang tokoh novelnya yang mencapai kepuasan seksual bila diperlakukan secara sadis, gangguan ini meilki ciri mendapatkan kegairahan dan kepuasan seksual yang didapat dari perangsangan dengan cara diperlakukan secara kejam baik secara fisik maupun psikis. Perlakuan kejam bisa dilakukan sendiri atau dilakukan oleh pasangannya. Penyembuhan ini dengan cara terapi individual dan kelompok berdasarkan psrinsip behavior conditioning. 



f. Fetisisme
Ciri utama gangguan ini adalah penderita menggunakan benda sebagai cara untuk menimbulkan gairah atau kepuasan seksual, benda yang umum digunakan adalah benda aksesoris milik wanita misalnya pakaian dalam wanita, sepatu, kaus kaki dll. Fetis mengandung tingkahlaku seperti kompulsif. Pengalaman pada kehidupan mula-mula menghasilkan hubungan antara gelora seksual dan objek Fetis. 

g. Transvestisme
Gangguan ini hanya terjadi pada laki-laki yang perilakunya seperti wanita, gambaran utamanya adalah penderita mendapatkan gairah atau kepuasan seksual bila ia berpakaian seperti lawan jenisnya, ketika seang berpakaian seperti wanita, penderita melakukan masturbasi lalu sambil membayangkan seoran laki-laki tertarik pada dirinya sebagai seorang wanita. Gangguan ini memilki sifat kompulsif, menggunakan banyak energi emosional. 
Permulaan gangguan ini pada masa anak atau adolesensi pada umumnya tidak mencari bantuan, lain seperti depresi perlakuannya adalah metode behavior seperti conditioning aversif, sensitisasi tertutup. Karena close dresing selalu mempunyai tujuan mengurangi kecemasan, maka terapis mendorong klien mendapat insight kedalam stress-stress yang menjadi penyebab tingkahlaku tersebut melalui sikap terapi tradisional.

h. Zofilia
Gangguan ini juga disebut dengan Bestiality, ciri utamanya adalah penderita mendapatkan gairah atau kepuasan seksual dengan cara melakukan kegiatan seksual dengan binatang. Konteks seksual bisa dengan melakukan senggama dengan binatang (lewat anus atau vagina binatang, atau “menyuruh” binatang memanipulasi alat genitalnya). 

i. Froterisme
Ciri utama gangguan ini adalah dorongan untuk menyentuh, meremas-ramas dan menggesek-gesekkan organ seks kepada orang tak dikenal, penderita umumnya senang berada ditempat yang penuh sesak dimana ia bisa melarikan diri dengan mudah, bisanya yang menjadi korban adalah wanita yang sangat menarik dengan pakaian yang sangat ketat. Ketika sedang melakukan aksinya penderita berfantasi sedang melakukan hubungan yang menyenangkan dengan si korban. Korban biasanya tidak protes karena ia tidak mengira akan terjadi tindakan seksual seperti itu ditempat umum. Hal ini didapat dari pengalaman lampau yang selalu mendapat penguat. Perlakuannya pamadaman dan condotioning tertutup. 

j. Homoseksual
Dalam DSM – III R, Homoseksual yaitu penderita memilih pasangan seksual yang sama jenis dengan dirinya yaitu pria dengan pria dan wanita dengan wanita (lesbian).

DISFUNGSI SEKSUAL (DSM IV) 
a. Gangguan keinginan seksual yaitu kurangnya atau tidak adanya keinginan untuk melakukan hubungan seks. Hilangnya gairah seks bisa bersifat global maupun situasional. Yang global, penderita bisa tidak mempunyai gairah sama sekali bahkan dalam bentuk fantasi sekalipun, contohnya wanita trauma pasca korban pemerkosaan. Sedangkan yang situasional yaitu terjadi pada laki-laki berdasarkan situasi psikologisnya aman. Untuk mendiagnosa perlu diperhatikan faktor usia, ketidak puasan seks, lingkungan yang menimbulkan ketidak inginan untuk berhubungan seks dan frekuensi hubungan seks.
b. Gangguan hasrat seksual ditandai oleh defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan hasrat untuk aktivitas seksual. Ciri utamanya adalah kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan arousal atau excitement dalam berhubungan seks. Pada wanita gangguan ini disebut frigiditas yang ditandai tidak tercapainya lubrikasi (pelumasan) dan membuka vagina. 
c. Orgasme terhambat (Inhibited Orgasm)
Ciri utamanya adalah penderita tidak mencapai fungsi orgasme, gangguan ini bisa terjadi pada pria maupun wanita. 
d. Ejakulasi dini (premature ejaculation) 
Ciri utamanya adalah penderita tidak mampu mengontrol atau mengendalikan ejakulasi selama aktifitas seks berlangsung.
e. Dispareunia (Dyspareunia)
Ciri utama adalah penderita mengalami kesakitan selama berhubungan seksual. Gangguan ini terjadi pada wanita, gangguan ini bisa disebabkan oleh faktor organis misalnya adanya infeksi pada vagina dan cervic. 

f. Vaginismus
Ciri utamanya adalah terjadinya spasme atau kontraksi otot pada vagina yang sangat kuat sehingga mengganggu senggama.

TERAPI
Psikoanalisa lebih menekankan pada penyelesaian konflik yang tidak disadari untuk mengatasi disfungsi seksual. Terapi kognitif/behavioris lebih banyak dipakai dalam mengatasi gangguan ini. Terapi menekankan pada disfungsi itu sendiri serta sikap dan fikiran yang turut menyumbang timbulnya disfungsi. 

SIMPULAN

Kesehatan seksual yaitu pencegahan penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak di inginkan, kenikmatan seks. Sebagai bagian dari hubungan intim dan kendali yang lebih besar terhadap keputusan seksual seseorang. 
Seksualitas abnormal yaitu perilaku seksual yang destruktif bagi diri sendiri maupun oranglain, yang tidak dapat di arahkan kepada seseorang pasangan, yang diluar stimulasi organ seks primer, dan yang di sertai dengan rasa bersalah dan kecemasan yang tidak sesuai, atau konfulsif. 
Parafilia secara harfiah ‘para’ artinya penyimpangan ‘filia’ artinya objek atau situasi yang disukai. Parafilia adalah dorongan seksual yang mendalam dan berulang yang menimbulkan fantasi seksual yang fokuskan pada objek yang bukan pada manusia saja, penderita atau penghinaan diri sendiri atau partner nya, atau anak-anak atau orang-orang yang tidak mengizinkan
Jenis-jenis dan gangguan parafilia : Pedofilia, Exibionisme, Voyeurisme, Sadomasokis, Masokhisme, Fetisisme, Transvestisme, Zofilia, Froterisme, Homoseksual. 
DISFUNGSI SEKSUAL (DSM IV)
a. Gangguan keinginan seksual yaitu kurangnya atau tidak adanya keinginan untuk melakukan hubungan seks.
b. Gangguan hasrat seksual ditandai oleh defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan hasrat untuk aktivitas seksual.
c. Orgasme terhambat (Inhibited Orgasm)
d. Ejakulasi dini (premature ejaculation)
e. Dispareunia (Dyspareunia)


DAFTAR PUSTAKA

Sulistianngsih, Sulis. Psikologi Abnormal Dan Psikofatologi..
Vina, Ashra dan Mohanraj, Andrew. 2001. Ketika Tidak Ada Psikiater. London: The Royal College Psikitrists.
Kaplan, Harold dan Sadock, Benjamin. 1994. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. New York: New York University Medical Center. 
Martaniah, Sri Mulyani. 2001. Psikologi Abnormal Dan Psikopatologi. Yogyakarta.
Walker, Kenneth. 2005. The Handbook Sex. Yogyakarta. Diva Press.

1 komentar: