Sabtu, 28 Juli 2012

TINJAUAN PSIKOLOGI TENTANG KEWIRAUSAHAAN


by. Psikologi UIN MALIKI MALANG ank 2005
PENGERTIAN
  Wiraswasta = wirausaha = entrepreneurship = pengusaha
1).    Wira    =   teladan, patut dicontoh, pahlawan
Usaha  =   berkemauan keras (untuk memperoleh manfaat).
Wirausaha =  Seseorang yang berkemauan keras dalam usaha yang patut menjadi teladan hidup.
2).    Adalah seorang yg menerapkan kemampuannya untuk mengatur, menguasai alat-alat produksi, dan menghasilkan hasil yg berlebihan yg selanjutnya dijual atau ditukarkan dan memperoleh pendapatan dari usahanya tersebut (Mc. Clelland, 1967).
3).    Menurut Schumpeter seseorang yg menggerakkan perekonomian masyarakat untuk maju, mencakup mereka yg mengambil resiko, mengkoordinasi, mengelola penanaman modal/ sarana produksi, mereka yg mengenalkan fungsi faktor produksi baru atau mereka yg memiliki respon yg kreatif dan inovatif.
4).    Entrepreneurship, falsafah hidup : individualisme
5).    Wirausaha/wiraswasta  : sosialisme (menekankan pd keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara individu yg bersangkutan dg masyarakat.
6).    Wirausaha/wiraswasta:  seorang yg memiliki kemampuan dan sikap mandiri, kreatif, inovatif, ulet, berpandangan jauh ke depan, pengambilan resiko yg sedang, & tanpa mengabaikan kepentingan orang lain dalam bidangnya/ masyarakat (Munandar, 2000).

CIRI-CIRI / KARAKTERISTIK
Menurut Imam S.Sukardi :
1. Self Confidence
2. Task-result Oriented
3. People Oriented
4. Originality
5. Risk Taking
6. Future Oriented

POLA KEBERHASILAN SEORANG WIRAUSAHA :
1. Realistic
2. Challenging
3. Ada batasan waktu (Time phased)
4. Spesific
5. Measurable

PERAN WIRAUSAHA
Wirausaha/wiraswasta merupakan faktor pendorong ekonomi masyarakat.
Menurut Soerjadjaja, fungsi & peranan wirausaha/wiraswasta :
1.Memimpin usaha, baik secara teknis & ekonomis dg berbagai aspek fungsional.
2.Mencari keuntungan bisnis.
3.Membawa usaha ke arah kemampuan, perluasan, perkembangan serta kontinuitas.
Peran Enterpreneur, menurut Schumpeter :
1.Memperkenalkan hasil produksi baru.
2.Memperkenalkan cara berproduksi yg lebih maju.
3.Membuka pasaran.
4.Merebut sumber bahan mentah atau setengah jadi.

PERAN PSIKOLOGI DALAM KEWIRAUSAHAAN
1)      Berperan dalam memilih mitra usaha
2)      Membantu menyelesaika permasalahan yg terjadi di perusahaan
3)      Memantau dan menganalisa perkembangan perusahaan

  PERILAKU SEORANG WIRASWASTA/WIRAUSAHA YANG  BERHASIL :
       a.      Dorongan untuk berprestasi berpengaruh terhadap  perkembangan / hasil usaha seseorang.
      b.      Individu yg mempunyai kebutuhan berprestasi yg tinggi cenderung memiliki profesi bisnis atau usaha.
       c.      Individu yg mempunyai kebutuhan untuk berprestasi yg tinggi cenderung menetapkan tingkat aspirasi secara realistik.
      d.      Individu yg mempunyai kebutuhan untuk berprestasi yg tinggi, selalu memiliki tugas atau pekerja yang mempunyai resiko yg sedang, & selalu mementingkan hasil akhir yg baik, sesuai dg standar yg ditetapkan sendiri.
       e.      Kebutuhan berprestasi dari para pengusaha dari berbagai latar belakang kebudayaan pd prinsipnya dpt lebih ditetapkan.
       f.      Kebutuhan berprestasi yg tinggi memungkinkan seorang pengusaha mempunyai inisiatif yg tinggi, mau mengeksplorasi dan secara kontinu mengadakan penelitian terhadap lingkungan guna menemukan cara-cara yg baru untuk dapat memecahkan masalah secara memuaskan.

Jumat, 27 Juli 2012

ANALISIS


by Anonim
          
Analisis mempunyai arti penting bagi manajer. Dengan analisis perubahan parameter yang sebelumnya telah diasumsikan, dapat dinilai/dievaluasi kembali untuk dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap keputusan yang akan diambil, khususnya yang menyangkut nilai optimal dan solusi optimal.

            Konsep dasar analisis ini meliputi pengertian solusi dan nilai optimal, kendala aktif dan non aktif. Data analisis dari koefisien fungsi tujuannya untuk berapa besar nilai koefisien dalam fungsi tujuan boleh berubah tanpa mengubah solusi optimal. Perubahan dalam batas ini tentu akan mengubah nilai optimal fungsi tujuan. Perubahan koefisien akan menimbulkan alternative solusi optimal. Tetapi tidak demikian halnya untuk solusi yang penting dalam analisis, khususnya untuk mengetahui berapa biaya dari suatu variabel keputusan dapat turun berdasarkan nilai positif dalam solusi optimal. Kemudian berapa laba dari suatu variabel keputusan harus dinaikkan agar variabel keputusan tersebut bernilai positif dalam solusi optimal, untuk dapat memahami dan melakukan analisis dengan baik adalah perlu mengetahui konsep dasar dari teknik itu.   

            Penelitian yang menggunakan analisis umumnya melalui tahap-tahap:(1)perumusan masalah, (2) perumusan hipotesis, (3) penarikan sampel, (4) pembuatan alat ukur, (5) pengumpulan data, (6) analisis data.
Perumusan Masalah. Masalah harus dapat dirumuskan dalam pertanyaan yang dapat diukur. Perumusan Hipotesis. Hipotesis dapat dirumuskan dalam bentuk hipotesis nol, hipotesis penelitian, atau hipotesis statistik.

Penarikan Sampel. Penarikan sampel dimulai setelah kita menentukan satuan analisis, ke dalam survai pendataan penduduk. Pembuatan Alat Ukur. Bila masalah sudah dirumuskan secara operasional, pengembangan alat ukur tidak akan terlalu sulit. Alat ukur harus diuji terlebih dahulu. Dengan menggunakan aalat ukur yang sama, beberapa peneliti menganalisis bahan yang sama. Kesamaan hasil pengukuran mereka menunjukkan tingkat reliabilitas alat ukur. Bila dengan menggunakan alat ukur lain untuk mengukur kita tetap menghasilkan data yang sama, kita yakin bahwa penelitian kita memiliki validitas. Pengumpulan Data. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar koding (cooding sheet) yang dibuat berdasarkan kategori yang ditetapkan pada tahap pembuatan alat ukur. Analisis Data. Data dapat dianalisis dengan menggunakan tabulasi atau tabel yang biasa. Karena kita menggunakan test, kita membuat tabel frekuensi yang biasa dan kita menghitung rata-rata (means).

Sebelum memilih uji statistik yang akan dipergunakan, peneliti harus menentukan terlebih dahulu, apakah sampel-sampel itu independen atau berkaitan.  Sampel-sampel dikaitkan independen apabila satu sama lain terpisah tegas (mutually exclusive). Anggota sampel pertama tidak menjadi anggota sampel yang kedua. Kita dapat mengambil sampel pria dan wanita, lalu menguji perbedaan kedua sampel itu dalam kecenderungan nonton film cengeng. Atau kita meneliti tentang perbedaan mahasiswa, dosen, dan karyawan dalam tanggapan mereka pada pesan politik kampanye pemilu. Dalam dua contoh di atas, anggota pria tidak dapat sekaligus menjadi anggota wanita; dosen tidak sekaligus menjadi mahasiswa.

Sampel-sampel yang berkaitan (related samples) terjadi karena tiga hal. Pertama, sejumlah orang dalam sampel diukur pada periode waktu tertentu, kemudian diukur lagi pada periode lain. Dalam desain eksperimental prauji-pascauji, kita menggunakan sampel-sampel yang berkaitan. Para peneliti mengatakan, setiap orang menjadi unit kontrolnya sendiri. Kedua, dua sampel berkaitan karena dijodohkan atas dasar individu. Misalnya, Ahmad dipasangkan dengan Haris (sama-sama orang Sunda, mahasiswa berusia 23 tahun, ber IQ 150, dan berindek prestasi 3,7). Ketiga sampel-sampel juga berkaitan karena mereka dijodohkan atas dasar kelompok (frequency distribution matching). Misalnya, kelompok A dijodohkan dengan kelompok B karena masing-masing mempunyai rata-rata IQ 150, rata-rata IP 2,5 dan rata-rata usia 27 tahun.

Uji statistik untuk sampel-sampel yang berkaitan tidak layak digunakan untuk sampel-sampel yang independen; sama dengan uji statistik untuk data interval yang tidak boleh digunakan untuk data nominal