Rabu, 13 Januari 2010

Analisa Kliping Psikologi Belajar


Analisa Kliping Psikologi Belajar
Oleh : Fitriyana Fauziyah S.Psi

BAB I

PENDAHULUAN

Anak usia dini ternyata juga dapat menyibukkan pikiran orang tua, apalagi ketika anak itu memasuki jenjang pra-sekolah. Setumpuk, bahkan segudang rayuan akan meluncur dari bibir sang orangtua agar anak mau bersekolah. Adakalanya mudah, namun adanya juga yang harus menuai kesulitan. Lebih sulit lagi jika anak kita sangat labil, artinya saat-saat tertentu anak-anak mogok. Persoalan ini acapkali terjadi, dan setiap permulaan sekolah hampir dipastikan problema ini selalu muncul, seperti musiman.

Orangtua selalu memeras otak untuk masalah ini, kadangkala harus dibayar orang tua untuk cuti kerja, hanya untuk melancarkan rayuan agar anak mau masuk sekolah. Seorang anak yang tidak mau untuk sekolah, umumnya mengalami hambatan, bisa hambatan dalam belajar atau hambatan dalam bergaul dengan teman. Oleh karena itu jika anak sulit untuk masuk sekolah harus dicari penyebab kenapa anak tidak suka sekolah.

Secara umum anak-anak usia dini pernah mengalami kesulitan dalam belajar (Learning difficulties). Hal ini disebabkan oleh 2 faktor utama, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri individu anak usia dini sendiri, seperti faktor biologis, kesehatan badan, cacat fisik, gangguan organobiologik atau neurobiologik, kondisi medik umum dan faktor psikologis, yang lain adalah faktor eksternal, yang berasal dari luar dirinya,seperti faktor keluarga, faktor sekolah, masyarakat dan pemerintah.

Adapun ciri-ciri anak usia dini yang mengalami learning difficulties adalah kesulitan dalam membaca (dyslexia), hambatan dalam menulis kata atau kalimat (dysgraphia), hambatan dalam berhitung (dyscalculia), cenderung memiliki sikap kurang positif (misbehavior). Menghadapi anak usia dini demikian, guru pun mengalami hambatan atau kesulitan (teaching difficulties), baik karena faktor guru itu sendiri, faktor anak ataupun lainnya, dampak dari kesulitan belajar (learning difficulties) itu antara lain hasil belajar rendah dan tidak seimbang dengan usahanya, lambat dalam menyelesaikan tugas-tugas dan kadang menunjukkan pola kepribadian negatif. untuk itu perlu adanya upaya pemecahan dengan cara analisis dan diagnosis kesulitan belajar melalui observasi dan pemeriksaan anak usia dini, test diagnostik, test inteligensi, remedial teaching dan remedial test serta memformat ulang cara belajar anak usia dini.

Dalam makalah ini akan mencoba untuk memaparkan cara membimbing belajar anak usia dini dengan membangkitkan motivasi mereka.

BAB II

KAJIAN TEORI


Pengertian Motivasi

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengambil sebuah contoh ; seorang petani yang mencangkul di sawahnya dari pagi sampai petang tanpa henti. Jika kita perhatikan si petani itu, akan muncul pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita, Mengapa si petani melakukan atau bekerja seperti itu? Atau dengan kata lain, Apakah yang mendorong si petani berbuat seperti itu? Atau Apakah motif si petani itu?.

Dari ilustrasi di atas jelaslah bahwa yang dimaksud dengan motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Atau Motif adalah suatu pernyataaan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.

Pada umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan, dan perangsang (incentive). Tujuan adalah yang menentukan dan membatasi tingkah laku organisme itu.

Sedangkan urgensi daripada motivasi adalah sebagai pendorong, pengerak, dan sebagai suatu pengarah terhadap tujuan. Dengan adanya motivasi, segala bentuk kesimpangsiuran dalam menjalankan suatu aktifitas akan bisa terminimalisir.


Jenis dan Sifat Motivasi

Para ahli psikologi berusaha menggolong-golongkan motif-motif yang ada dalam diri manusia atau suatu organisme, ke dalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing. Woodworth menggolongkan dan membagi motif-motif tersebut menjadi tiga jenis :

  1. Kebutuhan-kebutuhan organis (Organic Motive)

Motif ini berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam tubuh (kebutuhan-kebutuhan organis), seperti : lapar atau haus, kebutuhan bergerak dan beristirahat atau tidur, dan sebagainya.




  1. Motif-motif darurat (Emergency Motive)

Motif ini timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan yang cepat dan kuat karena perangsang dari luar yang menarik manusia atau suatu organisme. Contoh motif ini antara lain : melarikan diri dari bahaya, berkelahi dan sebagainya.

  1. Motif-motif obyektif (Objective Motive)

Motif obyektif adalah motif yang diarahkan/ditujukan ke suatu obyek atau tujuan tertentu di sekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita (kita menyadarinya). Contoh : motif menyelidiki, menggunakan lingkungan.

Selain pengklasifikasian di atas, Burton menggolongkan motif-motif tersebut menjadi dua, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik.

  1. Motif Intrinsik

Motif intrinsik adalah motif yang timbul dari dalam seseorang untuk berbuat sesuatu atau sesuatu yang mendorong bertindak sebagaimana nilai-nilai yang terkandung di dalam obyeknya itu sendiri.

Motivasi intrinsik merupakan pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Keinginan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, keinginan untuk memahami sesuatu hal, merupakan faktor intrinsik yang ada pada semua orang .

  1. Motif Ekstrinsik

Motif ekstrinsik adalah motif yang timbul dari luar/lingkungan. Motivasi ekstrinsik dalam belajar antara lain berupa penghargaan, pujian, hukuman, celaan atau ingin meniru tingkah laku seseorang.


Prinsip Motivasi Belajar

Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang mantab serta diakibatkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu hal yang membedakan antara manusia dan binatang. Ada banyak perilaku perubahan pengalaman, serta dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Para ahli pendidikan dan psikolog sependapat bahwa motivasi amat penting untuk keberhasilan belajar.

Pembahasan motivasi belajar tidak bisa terlepas dari masalah-masalah psikologi dan fisiologi, karena keduanya ada saling keterkaitan. Yang perlu di pahami dalam Prinsip-prinsip motivasi belajar adalah sebagai berikut:

  • Memuji lebih baik daripada mencela. Perlu diketahui bahwa manusia cenderung akan mengulangi perbuatan yang mendapat pujian atau apresiasi dari pihak lain .

  • Memenuhi kebutuhan psikologi

  • Motivasi intrinsik lebih efektif daripada ekstrinsik

  • Keserasian antara motivasi

  • Mampu manjelaskan tujuan pembelajaran

  • Menumbuhkan perilaku yang lebih baik

  • Mampu mempengaruhi lingkungan

  • Bisa diaplikasikan dalam wujud yang nyata.

Dalam proses pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar melibatkan pihak-pihak sebagai berikut.

  • Siswa

Siswa bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri untuk meningkatkan motivasi belajar pada dirinya agar memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Motivasi berupa tekad yang kuat dari dalam diri siswa untuk sukses secara akademis, akan membuat proses belajar semakin giat dan penuh semangat.

  • Guru

Guru bertanggungjawab memperkuat motivasi belajar siswa lewat penyajian bahan pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi dengan siswanya. Dalam hal ini guru dapat melakukan apa yang disebut dengan menggiatkan anak dalam belajar. Usaha-usaha yang digunakan dalam mengiatkan adalah :

  1. Mengemukakan pertanyaan

  2. Memberi ganjaran

  3. Memberi hadiah

  4. Memberi hukuman/sanksi

Kreativitas serta aktivitas guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para siswanya. Sehingga siswa akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar, berkarya, dan berkreasi.

  • Orang tua atau keluarga dan lingkungan

Tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Selain itu motivasi sosial dapat timbul dari orang-orang lain di sekitar siswa, seperti dari tetangga, sanak saudara, atau teman bermain. Fungsi keluarga adalah sebagai motivasi utama bagi peserta didik, karena memiliki intensitas yang lebih tingi untuk menanamkan motif-motif tertentu bagi proses pembelajaran anak.



BAB III

ANALISA

MEMBIMBING ANAK USIA DINI MENJADI BERPRESTASI

Penulis : Endang Siswati

Sumber: Koran Pendidikan, edisi 237/II/9-15 Desember 2008


Pendidikan bagi anak usia dini telah berkembang luas, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Berbagai macam program pendidikan anak usia dini ini dikembangkan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat. Minat mengembangkan pendidikan anak usia dini sebenarnya bersumber dari lima macam pemikiran yaitu:

  1. Meningkatkan tuntutan terhadap pengasuhan anak dari para ibu yang bekerja, yang berasal dari berbagai tingkatan sosial ekonomi

  2. Adanya perhatian yang dikaitkan dengan produktivitas, persaingan yang bersifat internasional, permintaan tenaga kerja yang bersifat global, kesempatan kerja yang luas baik bagi wanita maupun bangsa manapun

  3. Pandangan bahwa pengasuhan anak sebagai sesuatu kekuatan utama guna membantu para ibu untuk meningkatkan kualitasnya baik sebagai ibu maupun sebagai sumber daya manusia pada umumnya, sehingga dapat bersaing dalam pasar tenaga kerja

  4. Adanya hasrat untuk meningkatkan kualitas anak sejak usia dini terutama bagi mereka yang orang tuanya kurang beruntung, antara lain yang kurang mampu memasukkan anak ke taman kanak-kanak Program untuk anak usia dini mempunyai dampak positif yang panjang terhadap peningkatan kualitas perkembangan anak. (Mitchell,1989)

Pola belajar yang diterapkan pada anak dini usia tidaklah sama dengan pola belajar pada anak usia SD ke atas. Untuk itu perlu diperhatikan oleh penyelenggara program pendidikan pada anak usia dini terutama sumber belajar atau tenaga pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar haruslah mengetahui bagaimana pola belajar pada anak usia dini.

Pola belajar pada anak usia dini haruslah dibangun berdasarkan atas pertumbuhan dan perkembangan anak secara tepat yang pelaksanaannya dikemas sesuai dengan dunia anak, yaitu bermain. yang merupakan kegiatan rutinitas yang sangat menyenangkan bagi anak, serta melalui bermainlah anak akan belajar.

Proses belajar mengajar tidak bisa terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi dan menunjang keberlangsunganya. Bagi lembaga pendidikan, setelah menentukan program-progam dan kurikulum pendidikan, haruslah mempunyai prinsip dalam menentukan arah tekhnis pelaksanaan cita-cita dari progam dan kurikulum yang telah dicanangkan. Salah satu penunjang utamanya adalah, adanya motivasi belajar bagi peserta didik yang terstruktur dan terkonstruk dengan baik.

Sebelum membahas tentang pengertian dan pembahasan motivasi belajar, kiranya kita perlu membahas terlebih dahulu tentang peninjauan sudut pandang motivasi itu sendiri. Ada dua macam tinjauan tentang motivasi. pertama motivasi dipandang sebagai suatu proses ilmu pengetahuan, dengan ini seorang guru bisa melakukan prediksi terhadap tingkah laku peserta didik, serta dapat diaplikasikan terhadap orang lain. Kedua, sebagai penentu karakteristik seseorang yang bisa menjelaskan karakteristik lainnya.

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.

Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

  • Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
    Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.

  • Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

  • Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.

Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

  • Hadiah
    Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

  • Saingan/kompetisi
    Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

  • Pujian
    Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.

  • Hukuman
    Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

  • Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.

  • Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

  • Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok

  • Menggunakan metode yang bervariasi.

  • Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

Dalam dunia pendidikan terdapat banayak problematika yang harus dihindari oleh seorang guru, karena guru termasuk seorang pemimpin, yakni seorang yang mampu mempengaruhi orang lain, dengan beberapa persyaratan, antara lain, memiliki intelektualitas yang tingi, mampu melakukan hubungan sosial yang baik, kematangan emosional, fisik yang baik, imajiner dan mau berkerja keras.

Ada beberapa persyaratan yang harus dimaksimalkan dalam memecahkan problematika tersebut, karena dalam kenyataanya manusia selalu mengharapkan adanya nasehat dan petunjuk dari orang lain sebagai bentuk kebutuhan primer dari fitrah manusia itu sendiri. Diantara problematika yang perlu di antisipasi dalam lembaga pendidikan kita adalah:

  • Kurangnya Memadukan motif-motif kuat yang sudah ada

Misalnya motif untuk menjadi sarjana tidak dipadukan dengan motif untuk menonjolkan diri yang kebetulan ada pada diri siswa agar berhasil dalam belajar.

  • Tidak adanya kejelasan tujuan yang hendak dicapai

Semakin jelas tujuan belajar semakin kuat motif untuk mencapainya, setidak-tidaknya semakin efektif berbuat. Oleh karena itu sangat ideal apabila guru merumuskan dengan jelas tujuan belajar.

  • Tidak adanya rumusan tujuan sementara

Suatu kegiatan yang mempunyai tujuan yang jauh dapat dipenggal-penggal hingga didapat tujuan sementara atau tujuan jangka pendek.

  • Kurangnya Merangsang pencapaian kegiatan

Semakin dekat tujuan, semakin kuat motif untuk mencapainya. “Kedekatan tujuan” dapat dilakukan dengan membuat tujuan sementara, sebab mencapai tujuan sementara menyadarkan siswa dalam usaha mencapainya.

  • Tidak adanya situasi persaingan

Pada umumnya dalam diri setiap individu ada usaha untuk menonjolkan diri atau ingin dihargai. Kecenderungan ini dapat disalurkan dalam persaingan sehat di mana guru menciptakan suasana setiap siswa giat berusaha.

  • Kurangnya menumbuhkan Persaingan dengan diri sendiri.

Siswa diberi tugas yang berbeda sehingga siswa itu sendiri yang akan melihat tugas mana yang paling baik hasilnya. Dengan demikian dia dapat mempergunakan upaya yang digunakan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang paling baik hasilnya.

  • Kurang maksimalnya laporan hasil yang dicapai

Apabila telah selesai pekerjaan siswa maka beritahukan hasilnya sehingga dia semakin giat mencapainya lagi dengan lebih baik. Inilah keuntungan yang utama bila hasil pekerjaan diberitahukan pada setiap orang.

  • Tidak adanya contoh yang positif dari pendidik

Guru yang mengharapkan sesuatu dari siswanya harus juga memperlihatkan yang dimintainya itu terpancang dalam diri guru. Dengan demikian siswa menilai guru tersebut bekerja baik. Hal ini menimbulkan kegairahan belajar dalam diri siswa. Lebih jelasnya, seorang guru harus mempunyai strategi pendekatan yang mampu mempengaruhi siswa dalam belajar.

BAB IV

KESIMPULAN


Seorang anak pada dasarnya belum mampu untuk mandiri, mereka masih labil, egosentris, belum tahu apa arti prestasi, dan belum bisa membedakan kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Oleh karena itu orang yang ada di sekitar anak harus mampu untuk membimbing dan memotivasi mereka, agar mereka menjadi berprestasi baik di rumah maupun di sekolah.

Karena seorang anak belum mengerti tentang dirinya sendiri, maka tugas orang tua dan gurunya adalah selalu member bimbingan dan motivasi kepada anak. Pengertian dasar motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan, dan perangsang (incentive). Tujuan adalah yang menentukan dan membatasi tingkah laku organisme itu.

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : Motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal darai dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi instrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.

Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang dating dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh kongkrit motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses mempelajari materi-materi pelajaran baik disekolah maupun dirumah.

DAFTAR PUSTAKA


Hamalik, Umar. 2005. Kurikulum Dan Pembelajaran. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Nanang, Fatah. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan .PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Syah , Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Syah , Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.


JANGAN JADI CERMINAN SETAN, ASET BERHARGA ADA DALAM DIRIMU

Penulis : Fina Ghoisi Ardillah

Sumber: Koran Pendidikan, edisi 235/IV/25 November-1 Desember 2008


Masa remaja merupakan masa yang paling indah, sangat menyenangkan, serta masa yang paling utama pada kehidupan seseorang. Masa remaja merupakan masa diman seseorang mengalami perubahan-perubahan, baik dalam biologis, sifat, serta perilakunya. Dalam masa remaja mereka telah menyadari dan mengetahui sifat-sifatnya baik yang baik maupun yang buruk, serta dapat menilai sifat-sifatnya tersebut dengan melihat sifat-sifat teman sebayanya. Pada masa remaj ini mereka mulai meninggalkan sifat kekanak-kanakannya berubah menjadi lebih dewasa. Hal ini mendorong mereka untuk memperbaiki kepribadiannya dengan harapan akan memperbaiki penerimaan masyarakat terhadap dirinya.

Pada masa ini seseorang mulai memikirkan tentang cita-cita, harapan dan keinginan, interaksi dengan lawan jenis, dan hubungan dengan lingkungannya. Dalam masa remaja juga merupakan masa yang membingungkan karena remaj mencoba mengadaptasi antara apa yang mereka kehendaki dan yang dikehendaki lingkungan. Seorang remaja harus mampu untuk memilih aktivitas yang dijalani dengan tepat, yaitu menggunakan waktunnya dengan kegiatan yang positif, yang berguna bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Remaja yang bisa memanfaatkan waktunya dengan baik akan memiliki masa depan yang sukses. Selain remaja yang memiliki keinginan untuk sukses di masa depannya, ada pula remaja yang telah menyalahgunakan kesempatan mereka di masa remaja, padahal mereka nantinya akan jauh dari kebahagiaan.

Sekarang ini banyak sekali ditemui kejadian tentang perilaku negative remaja, antara lain; merokok, meneguk minuman keras, monkonsumsi narkoba, dan hubungan seksual diluar nikah. Pada umumnya remaja patuh akan pendiriannya sendiri, mengenai apakah tindakannya itu benar atau salah menurut lingkungannnya mereka tidak menghiraukan hal itu. Jadi, pada masa ini mereka sudah tidak lagi mengindahkan nasehat atau perintah dari lingkungannya. Dalam hal ini seseorang terpengaruh oleh kelompoknya atau teman sebayanya, jika seseorang tidak mengikuti temannya hal yang terjadi adalah akan dijauhi oleh teman sebayanya tersebut. Akan tetapi tidak semua teman sebayanya berpengaruh negative, jadi dalam bergaul haruslah memilih teman yang dapat berpengaruh positif terhadap kita.

Tindakan diatas sangat merugikan mereka sendiri bahkan akan merugikan masyarakat, padahal mereka tahu perbuatan di atas tidak benar, biasa dikatakan perbuatan di atas adalah bujukan setan yang menguasai diri kita, sehingga kita terjerumus dalam perbuatan yang sangat dilarang.


MOBIL PINTAR DIELUKAN SISWA SD PINGGIRAN

Sumber: Koran Pendidikan, edisi 235/IV/25 November-1 Desember 2008


Adanya “mobil pintar” yang beroperasional di daerah pinggiran disambut baik dikalangan guru terutama siswa. Mobil pintar tersebut merupakan mobil bantuan dari SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu), yang menyediakan berbagai buku. Mulai buku teknologi, ilmu pengetahuan, buku anak-anak, hingga buku untuk kaum ibu dan bapak. Ditunjang pula oleh berbagai pelayanan, seperti siswa bisa belajar computer sepuasnya dengan dipandu oleh operator. Dalm mobil tersebut juga terdapat permainan-permainan pendidikan, anak-anak diminta untuk menjawab soal pertanyaan dan yang bisa menjawab hadiah alat tulis dan buku.

Dalam pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Biggs, pendekatan belajar siswa dikelompokkan kedalam tiga bentuk dasar, yaitu: 1. Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah), 2. Pendekatan deep (mendalam), 3. Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi). Dalam bentuk belajar seperti adanya mobil pintar yang banyak diminati siswa tersebut merupakan bentuk pendekatan deep, yang biasanya siswa mempelajari materi karena memang dia tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsik). Seperti halnya cara belajar siswa yang menyambut dengan senang kedatangan mobil pintar, mereka sangat tertarik dengan adanya mobil pintar, dan sangat membutuhkan ilmu yang akan mereka dapat dari mobil pintar tersebut.


Aster Benedicta Sri Kusrini S. Pd; Ya Guru, Ya Seniman

SELINGI MENGAJAR DENGAN NARI DAN NYINDEN

Sumber: Koran Pendidikan, edisi 235/IV/25 November-1 Desember 2008


Dalam paparan dari kliping ini menunjukkan bahwa seseorang tidak hanya mempunyai satu kelebihan saja, melainkan berbagai macam kelebihan dapat dimiliki seseorang. Seperti halnya kelebihan yang dimiliki aster, selain menjadi guru aster juga mempunyai bakat seniman. Bakat seniman yang dimiliki aster adalah keturunan dari orang tuanya yang berprofesi sebagai ‘wayang wong’. Jadi bakat yang dimiliki seseorang adalah keturunan, jadi seorang anak tinggal mengasah bakat yang telah tertanam dalam dirinya.

Dalam mengajar di kelas aster sering menunjukkan kebolehannya yaitu menyanyi dan menggerakkan tubuhnya seperti menari, dan muridnya terkesan dengan apa yang dilakukan oleh gurunya, dan memberikan pujuain kepada gurunya. Apa yang dilakukan aster bukan untuk mengejutkan atau menggangu belajar mereka akan tetapi bertujuan agar murid tidak mersa bosan dan jenuh di dalam kelas, sehingga dengan selingan menyanyi dan menarinya tersebut siswa semangat kembali untuk melanjutkan materi yang dipelajari.


Belajar Matematika ala SDN Tulungrejo 04

MANFAATKAN KERIKIL DAN UBIN

Sumber: Koran Pendidikan, edisi 235/IV/25 November-1 Desember 2008


Mata pelajaran Matematika selama ini memang menjadi “momok” para siswa, karena banyaknya rumus yang memusingkan, padahal ilmu matematika sebagai mata pelajaran dasar yang harus dikusai siswa di bangku SD. Sehingga seorang guru harus ekstra dalam memgajar, agar anak mengusai mata pelajar tersebut. Akan tetapi Sunarti mempunyai cara yang mudah dan disenangi oleh siswa, yaitu menggunakan kerikil dan ubin untuk perkalian, penambahan, dan pengurangan, pada mata pelajaran Matematika di kelas II SD.

Para siswa dengan senang dan semangat mengikuti pelajaran Matematika, karena mereka bisa menggunakan alat di sekitar sekolahnya dan belajarnya di luar kelas, segingga mereka tidak merasa jenuh seperti di dalam kelas. Seorang guru memang harus memberikan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, agar siswa senang dan merasa tertarik untuk mempelajarinya, sehingga siswa dengan mudah menerima ilmu yang diajarkan, bahkan mereka merasa membutuhkan ilmu tersebut. Seorang guru dikatakan berhasil dalam mengajar, ketika siswanya mengalami perubahan dalam perilaku dan menguasai dan memahami materi yang telah diberikan oleh guru.


MENGENAL LINGKUNGAN LEWAT MOVING HOME

Sumber: Koran Pendidikan, edisi 237/II/9-15 Desember 2008


Cara belajar yang diterapkan oleh SD Anak Sholeh tidak hanya belajar dalam kelas dengan berangan-angan gambar atau foto yang mereka lihat hanya, akan tetapi setiap satu semester belajar di luar kelas yaitu mengenal lingkungan sekitar. Kegiatan tersebut dinamakan moving home, yakni berinteraksi lagsung dengan alam sekitar, antara lain memberi makan, memerah susu, dan mengenal bentuk fisik hewan ternak, seperti kambing dan sapi. Dan semester ini mereka mengadakan moving home di daerah perkebunan, yaitu belajar menanam padi di sawah. Dengan cara itu siswa bisa mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapat di sekolah dan akan lebih dekat dan mengenal lingkungannya.

Metode belajar yang diberikan sekolah selama ini kebanyakan hanya dilakukan di dalam kelas saja. Padahal belajar tidak hanya bisa dilakukan di dalam kelas saja atau hanya membaca buku, mengerjakan tugas rumah saja. Akan tetapi setiap perilaku kita merupakan proses belajar, dan dari proses tersebut seseorang akan mengalami perubahan perilaku. Seperti yang telah diterapkan oleh SD tersebut, membuktikan bahwa belajar tidak hanya dibangku sekolah atau berhadapan dengan buku saja.


AGENDAKAN MANASIK HAJI BERSAMA

Sumber: Koran Pendidikan, edisi 237/II/9-15 Desember 2008


Pada musim haji yang bersamaan dengan hari raya Idul Adha, ibadah haji tidak hanya dilaksanakan di Timur Tengah saja, melainkan di Indonesia banyak sekali lembaga pendidikan yang melaksanakan prkatek manasik haji. Banyak sekolah yang bergabung untuk melakukan praktek manasik haji bersama, dan ada pula yang melakukan secara mandiri yani hanya satu sekolah saja. Kegiatan tersebut bertujuan agar siswa siswa lebih mengenal dengan baik dan dapat mempraktekkan secara langsung ibadah haji, yang merupakan rukun Islam yang terakhir.

Para siswa merasa senang karena bisa mempraktekkan langsung, tidak hanya materi saja seperti yang mereka peroleh selama ini, selain itu para siswa yang mengikuti manasik haji secra bersama dapat mengenal satu sama lain sehingga lebih mempererat tali silaturahmi. Para guru berusaha untuk melakukan manasik haji setiap tahunnya. Karena pembalajaran seperti ini pasti digemari oleh siswa dan tentunya akan lebih efisien dalam belajar siswa.


BELAJAR KEHIDUPAN DARI SECANGKIR TEH

Penulis : Anis Karyawati

Sumber: Koran Pendidikan, edisi 237/II/9-15 Desember 2008


Dalam karya yang ditulis oleh Anis, menunjukkan bahwa siswa atau mahasiswa sekarang, kebanyakan ingin belajar dengan ringan dan memperoleh hasil yang memuaskan, meskipun cara yang mereka tempuh adalah menyesatkan bagi mereka. Misalnya, mereka harus menyontek dalam ujian atau mengerjakan tugas, mau menang sendiri, bahkan membebankan tugasnya pada orang lain dan dia akan menikmati hasil jerih payah temannya tersebut. Dalam dunia pendidikan yang mengajarkan anak untuk berkembang kearah positif, dengan memberikan tugas yang “seabrek”, sulit, dan melelahkan kepada siswa atau mahasiswanya, pasti akan dinilai lembaga sekolah tersebut “tidak enak”, karena banyaknya peraturan dan tugas yang harus dipatuhi dan dikerjakan.

Padahal sebenarnya kehidupan kita ibarat secangkir teh, yang apabila daun teh dituangi air mendidih, rasa teh yang didapat tentunya sangat kental dan enak. Ketika kita menuangi daun teh yang sama dengan air hangat atau hamper dingin, rasa yang kita dapat pasti tidak seenak teh yang pertama.

Dari secangkir teh di atas dapat diartikan bahwa, jika kehidupan kita penuh dengan tempaan hidup dan perjuangan keras maka kita akan meraih kesuksesan. Lain halnya, jika kita berusaha akan tetapi tidak mau terbebani atau tidak mau kerja keras maka kehidupan kita nantinya tidak akan pernah berhasil, seperti kita hanya jalan di tempat, tidak akan pernah mendapatkan apa yang kita inginkan, meskipun ribuan benih telah kita sebar.


Kajian Dinas Pendidikan

ROKOK BUKAN SEKEDAR HALAL-HARAM

Sumber: Koran Pendidikan, edisi 237/II/9-15 Desember 2008

Dari informasi di atas, pelajar yang ada di kota Kediri sangat rentan dengan penggunaan rokok. Hal ini bisa disebabkan proses belajar dari lingkungan yang banyak mempengaruhinya. Seperti banyaknya pabrik rokok yang ada di kota tersebut dan penilaian positif oleh masyarakat serta pemerintah daerah sekitar, sehingga meskipun dengan pengetahuan mereka tentang bahaya merokok atau dampak negative dari penggunaan rokok akan sangat dikesampingkan.

Oleh karena hal di atas, pengaruh belajar lingkunganlah yang menjadi factor utama sebagai latar belakang timbulnya prilaku mereka. Adapun sebagian kecil dari mereka mempunyai motif internal yang positif untuk menjauhi penggunaan rokok yang biasanya diperoleh dari pengetahuan serta pola asuh orang tua. Akan tetapi sebagian besar dari mereka jika dilihat dari usia remaja para pelajar maka sangat rentan sekali dengan pengaruh pergtaulan teman-teman dan orang sekitarnya. Sebagai tawaran untuk menanggulangi permasalahan ini adalah dengan sosialisasi pengetahuan bahaya merokok yang lebih digencarkan lagi serta pemberian hukuman yang efektif baik di lingkungan keluarga maupun sekoalah.

Tri Putri Indiyati

SANG ATLET TAK PERNAH JEBLOK

Sumber: Koran Pendidikan, edisi 237/II/9-15 Desember 2008


Prestasi yang diraih oleh Putri merupakan sebuah hasil dari usaha yang telah ditekuni oleh dia. Dia sering menjadi juara dalam lomba lompat jauh, yang tentunya dia harus sering untuk berlatih agar lebih baik lagi. Meskipun dia sibuk dalam dunia olah raga, dalam prestasi di sekolahnya dia tidak pernah nilai jeblok dan selalu mendapat peringkat sepuluh besar.

Hal tersebut merupakan efisiensi belajar. Efisiensi (bie ; 1985) adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya. Untuk itu Putri dapat memperoleh prestasi dengan usaha yang telah dia lakukan, serta adanya motivasi dari orang tua, guru dan lingkungannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar