Senin, 12 Desember 2011

Gangguan Seksual


By Nung

BAB I
PENDAHULUAN

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang tidak pernah berhenti melimpahkan berjuta-juta kenikmatan, taufik, inayah serta hidayah kepada hamba-Nya. Shalawat, salam dan berkah semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan seluruh umat Nabi Besar Rasullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sabahat dan siapa saja yang selalu berusaha melaksanakan sunnahnya.
Dewasa  ini terdapat berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang sangat kompleks yang akibatnya dapat mempengaruhi psikis ataupun fisik. Dan hubungan atau interaksi individu dengan individu yang lain terkadang terjadi hubungan yang tidak harmonis serta menyebabkan perilaku yang berbeda atau lazimnya disebut kelainan.
Manusia merupakan makhluk yang unik dan menarik untuk dipelajari seluk-beluknya. Hal ini mencakup semua aspek yang membentuk pribadi individu, baik dari segi individunya sendiri, ataupun kehidupan sosialnya. Dalam menjalani kehidupannya manusia pasti mempunyai permasalahan dan dari permasalahan ini harus dicari penyelesaiannya.
Permasalahan yang akan diangkat dalam makalah ini adalah permasalahannya tentang "Gangguan Seksual". Seks merupakan energi psikhis yang ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak Cuma bertingkah laku di bidang seks saja, yaitu melakukan relasi seksual atau bersenggama, akan tetapi juga melakukan kegiatan-kegiatan non seksual. Sebagai energi psikhis, seks merupakan motivasi atau dorongan untuk berbuat atau bertingkah laku.

Seks itu adalah satu mekhanisme, dengan mana manusia mampu mengadakan keturunan. Sebab itu, seks merupakan mekhanisme yang vital sekali, dengan mana manusia mengabdikan jenisnya. Di samping hubungan social biasa, di antara wanita dan pria itu bisa terjadi hubungan khusus yang sifatnya erotis, yang disebut sebagai relasi seksual. Dengan relasi seksual ini kedua belah pihak menghayati bentuk kenikmatan dan puncak kepuasaan seksual atau orgasme, jika dilakukan dalam hubungan yang normal sifatnya.
Laki-laki dan wanita dewasa itu ialah mereka yang nantinya mampu melakukan relasi seksual yang adekwat. Dengan kata-kata lain, wanita itu disebut normal  dan dewasa, bila dia mampu mengadakan relasi seksual dengan seorang pria dalam bentuk yang normal dan bertanggung jawab. Dan sebaliknya, seorang pria disebut normal, bila mampu mengadakan relasi seksual dengan wanita yang sehat sifatnya.
Baik pria maupun wanita harus menyadari, bahwa relasi sekisual itu harus dilakukan dalam batas-batas norma ethis atau susila, sesuai dengan norma masyarakat dan norma agama. Oleh kedua cirri tersebut di atas, yaitu normal dan bertanggung jawab, maka hal ini mewajibkan manusia melakukan hubungan seks dalam satu ikatan yang teratur, yaitu dalam ikatan perkawinan yang syah.
Selanjutnya, bentuk relasi seks yang abnormal dan perverse (buruk, jahat) adalah relasi seks yang tidak bertanggung jawab, didorong oleh kompulsi-kompulsi dan dorongan-dorongan yang abnormal, yang akan dibahas dalam makalah ini.

BAB II
GANGGUAN SEKSUAL

Gangguan seksual yang akan dibahas dalam bab ini mencakup antara lain:
1. Parafilia
2. Disfungsi Seksual
3. Gangguan Identitas Gender

1. PARAFILIA (Paraphilias)

Parafilia ("Para artinya penyimpangan dan "filia" artinya obyek atau situasi yang disukai). Parafilia menunjuk pada obyek seksual yang menyimpang (misalnya dengan benda atau anak kecil) maupun aktivitas seksual yang menyimpang (misalnya dengan memamerkan alat genital).
Normal bila seorang pria terangsang nafsu seksnya ketika melihat celana dalam wanita (terangsang pada benda). Baru dianggap abnormal benda atau obyek tersebut sebagai cara mendapatkan kepuasaan seksual.
Perilaku penyimpangan seksual sering dianggap perbuatan tidak bermoral oleh masyarakat. Ada penderita yang merasa bersalah atau depresi dengan pemilihan obyek atau aktivitas seksualnya yang tidak normal. Namun banyak pula yang tidak merasa terganggu dengan penyimpangannya tersebut kecuali bila ada reaksi dari masyarakat atau sanksi dari yang berwenang.
Penyimpangan ini bisa mengganggu hubungan seksual yang sehat (mengingat banyak penderita Parafilia yang menikah). Misalnya gairah seks penderita Sadisme seksual baru bisa diajukan ke pengadilan karena aktivitas seks mereka sering merenggut "korban" misalnya Voyeurisme (mengintip orang lain), Eksibionisme (memamerkan di depan orang lain, dan Pedofilia (memilih anak kecil sebagai obyek seks).
Parafilia digolongkan ke dalam kriteria tingkat ringan yaitu bila penderita hanya mengalami dorongan Parafilia yang kuat tetapi tidak melakukannya. Dianggap sedang bila dilakukan kadang-kadang dan dianggap berat bila berulang-ulang dilakukan. Parafilia lebih banyak diderita pria daripada wanita dengan perbandingan 20:1.
  Ada 10 jenis Gangguan Parafilia antara lain:
" Pedofilia
" Eksibionisme
" Voyeurisme
" Sadisme Seksual
" Masokhisme Seksual
" Fetisisme
" Transvestisme
" Zofilia
" Froteurisme
" Homoseksual
Selain 10 jenis di bawah ini, masih ada gangguan seksual yang tidak  tergolongkan yaitu mencakup necrofilia (hubungan seks dengan mayat), telephon scatologia (gairah seks bertelepon cabul)

" Pedofilia
Pedofilia merupakan jenis parafilia yang banyak mendapat sanksi keras dari masyarakat. Ciri utamanya adalah dorongan seksual yang kuat terhadap anak-anak (biasanya usia di bawah 13 tahun). Melalui kontak dengan anak-anak, penderita berusaha untuk mendapatkan kepuasan seksual. Rata-rata yang mengalami gangguan ini adalah para pria. Penyimpangan seksualnya mencakup aktivitas melihat anak sambil melakukan masturbasi, menjamah bagian-bagian tubuh anak termasuk daerah sekitar kemaluan, menyuruh anak memanipulasi penis penderita atau melakukan hubungan seks dengan anak.
Yang menjadi korban bisa anak kandung sendiri, anak tiri, anak saudara atau orang lain. Untuk menarik perhatian anak, penderita bertingkah laku baik misalnya sangat dermawan. Sekaligus untuk mencegah anak agar tidak melaporkan aktivitas seksualnya. Ada juga yang berperilaku kasar dengan cara mengancam.
Umumnya penderita pedofilia adalah orang yang takut gagal dalam berhubungan secara normal terutama menyangkut hubungan seks dengan wanita yang berpengalaman. Akibatnya penderita mengalihkannya pada anak-anak karena kepolosan anak tidak mengancam harga dirinya. Di samping itu ketika kanak-kanak, penderita meniru perilaku seks dari model atau contoh yang buruk.
" Eksibionisme
Eksbionisme adalah dorongan untuk mendapatkan stimulasi dan kepuasaan seksual dengan memperlihatkan alat genital terhadap orang yang tak dikenal. Setelah memamerkan alat genitalnya, penderita tidak bermaksud melakukan aktivitas seksual lebih lanjut terhadap korban misalnya memperkosa. Oleh sebab itu gangguan ini tidak berbahaya secara fisik bagi korban. Penderita eksbionisme kebanyakan pria dan korbannya wanita (anak maupun dewasa) biasanya terjadi di tempat-tempat umum.
Para ahli mengatakan bahwa penderita Eksibionisme biasanya mempunyai hubungan buruk dengan pasangan seksnya. Mereka tak percaya diri dalam perannya sebagai pria.
" Voyeurisme
Voyeurisme berasa dari akta "voir" artinya melihat. Ciri utama gangguan ini adalah dorongan untuk memperoleh kepuasaan seks dengan cara melihat organ seks orang lain atau orang yang sedang melakukan hubungan seks.
Kepuasan seksual didapatkan ketika sedang mengintip atau ketika sedang membayangkan adegannya. Setelah mengintip, penderita tidak bermaksud untuk melakukan tindakan seksual dengan orang yang yang telah di intipnya.
Voyeurisme meempunyai ciri (1) mengintip merupakan kegiatan utama yang disukai (2) korban tidak mengetahui (menonton tarian telanjang dalam sebuah pertunjukan  tidak termasuk Voyeurisme)
" Sadisme Seksual
Sadisme ialah kelainan seksual dalam mana kepuasan seksual diasosiasikan dengan penderitaan, kesakitan dan hukuman. Ciri utama dari Sadisme Seksual adalah keinginan untuk mendapatkan gairah dan kepuasaan seksual dengan menyiksa partner seksnya. Siksaan bisa secara fisik (menendang, memperkosa) maupun psikis (menghina, maki-maki). Penderitaan korban inilah yang membuatnya merasa bergairah dan puas.
Adapun sebab-sebab Sadisme seksual antara lain:
" Oleh pendidikan yang salah, timbullah anggapan bahwa perbuatan seks itu adalah kotor, sehingga perlu ditindak dengan kekejaman dan kekerasan dengan melakukan perbuatan sadisme.
" Di dorong oleh nafsu berkuasa yang ekstrim, sehingga seseorang perlu menampilkan perbuatan kekejaman dan penyiksaan terhadap partner seksnya.
" Mungkin juga disebabkan oleh pengalaman traumatis dengan ibunya atau dengan seorang wanita sehingga oleh rasa dendam yang membara, seorang pria mengembangkan pola sadistis dalam bersenggama baik secara sadar atau tidak sadar.
" Pola kepribadian yang psikopatis.
Penyiksaan hebat sampai pada penbunuhan untuk mendapatkan kepuasan seks dan untuk mendapatkan orgasme, adalah puncak dari sadisme, dimana korban dirusak tubuhnya dan dibunuh secara kejam. Biasanya semua ini dilakukan dengan kondisi jiwa yang psikotis atau kondisi kejiwaan yang abnormal.
" Masokhisme Seksual
Masokhisme  seksual ialah gangguan atau penyakit seksual yang mana individu memperoleh kepuasaan seksual lewat kesakitan pada diri sendiri. Kesakitan ini dianggap sebagai pendahuluan atau pelengkap bagi relasi-relasi seksual dan penerapan kesakitan dianggap cukup baik untuk mendapatkan orgasme.
Ciri utama dari Masokhisme seksual adalah mendapatkan kegairahan dan kepuasaan seks dengan cara diperlakukan secara kejam baik disakiti secara fisik (memukul, di ikat) sedangkan psikis (dihina, diremehkan). Perlakuan kejam bisa dilakukan sendiri (mengikat diri sendiri, menyetrum diri sendiri) atau dilakukan oleh pasangannya.
" Fetisisme
Ciri utama dari gangguan ini adalah penderita menggunakan baenda sebagai cara untuk menimbulkan gairah atau kepuasan seksual. Benda yang umum digunakan adalah benda aksesoris wanita misalnya BH, celana dalam, kaus kaki, sepatu, dan lain-lain. Penderita melakukan masturbasi sambil memegang, meremas-remas atau mencium benda-benda tersebut. Bisa juga menyuruh pasangan seksnya untuk menggunakan benda tersebut ketika melakukan hubungan seksual.Benda-benda ini digunakan untuk membangkitkan gairah tanpa benda tersebut penderita tidak bisa melakukan hubungan seksual.
" Transvestisme
Transvestisme ialah nafsu yang patologis untuk memakai pakaian dari lawan jenis kelaminnya; orangnya mendapatkan kepuasaan seks dengan memakai pakaian dari jenis kelamin lainnya. Jadi anak atau orang laki-laki yang lebih suka memakai pakaian perempuan dan anak atau orang wanita yang lebih suka memakai pakaian laki-laki.
" Zofilia
Ciri utama gangguan ini adalah penderita mendapatkan gairah atau kepuasaan seksual dengan cara melakukan kontak seksual dengan binatang. Kontak seksual bisa berupa senggama dengan binatang lewat anus atau vagina binatang, atau menyuruh binatang memanipulasi alat genitalnya.
" Froteurisme
Ciri utama gangguan ini adalah dorongan untuk menyentuh atau meremas-remas organ seks orang tak dikenal. Penderita umumnya senang berada di tempat yang penuh seks dimana ia bisa melarikan diri dengan mudah.
" Homoseksual
Homoseksualitas adalah relasi seks dengan jenis kelamin yang sama atau rasa tertarik dan mencintai jenis seks yang sama. Jumlah pria yang homoseksual itu diperkirakan 3-4 kali lebih banyak daripada jumlah wanita homoseksual.
Ekpresi homoseksualitas ada tiga, yaitu:
a) Aktif, bertindak sebagai pria yang agresif
b) Pasif, bertingkah laku dan berperan pasif-feminin seperti wanita
c) Bergantian peranan; kadang-kadang memerankan fungsi wanita, kadang-kadang jadi laki-laki
Banyak teori yang menjelaskan sebab-sebab homoseksualitas antara lain:
1) Faktor herediter berupa ketidakimbangan hormon-hormon seks
2) Pengaruh lingkungan yang tidak baik atau tidak menguntungkan bagi perkembangan kematangan seksual normal.
3) Seseoarang selalu mencari kepuasan relasi homoseks, karena ia pernah menghayati pengalaman homoseksual yang menggairahkan pada masa remaja.
4) Seorang anak laki-laki pernah mengalami pengalaman traumatis dengan ibunya sehingga timbul kebenciaan atau antipati terhadap ibunya dan semua wanita. Lalu muncul dorongan homoseks yang jadi menetap.

2. DISFUNGSI SEKSUAL
Menurut Master dan Johnson, siklus respon seksual pada orang normal ada 4 tahap yaitu:
" Exitement atau arousal yaitu timbulnya nafsu atau gairah seksual pada pria dan wanita.
" Plateau yaitu meningkatkan gairah seksual secara intens.
" Resolutian yaitu kembali ke tahap sebelum arousal.
" Individu dapat di sebut difungsi seksual bila individu mengalami difungsi pada salah satu tahap respon seksual yang normal. Dan diagnosa difungsi seksual di tegakkan bila difungsi tersebut di sebabkan oleh faktor psikososial bukan faktor organis.
" Orgasme yaitu klimaks gairah seksual

Klasifikasi Disfungsi Seksual
" Gangguan keinginan seksual
Ciri gangguan ini adalah kurangnya atau tidak adanya keinginan untuk melakukan hubungan seks.untuk mendiagnosanya perlu di perhatikan faktor usia, ketidak puasan seks,lingkungan, frekuansi hubungan.
Hilangnya gairah seks bisa bersifat global maupun situasional. Penderita bisa tidak mempunyai gairah sama sekali bahkan dalam bentuk fantasi sekalipun.dan ada juga yang di iringi rasa ketakutan biasanya hal ini sering terjadi pada wanita korban pemerkosaan. Sedangkan situasional misalnya saorang yang timbul keinginan untuk berhubuang seks jika situasi psikologisnya aman.
" Gangguan gairah seksual
Cirinya adalah kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan arousal atau exitement dalam berhubungan seks. Pada wanita gangguan ini di sebut frigiditas yang di tandai tidak tercapainya lubrikasi (pelumasan)dan membukanya vagina, sering kali disertai tidak adanya perasaan erotis bahkan reaksi amosi yang negatif.pada pria gangguan ini di sebut impotensi atau gangguan ereksi.
" Ejakulasi dini.
Ciri dari penderita ini adalah penderita tidak mampu mengontrol  ejakulasi selama aktifitas seks berlangsung.
" Orgasme terhambat.
Dalam ciri ini penderita tidak mencapai fase orgasme dan gangguan ini bisa terjadi pada pria maupun wanita.
" Dispareunia.
Penderita mengalami kesekitan saat berhubungan seksual gangguan ini banyak terjadi pada wanita yang di sebabkan faktor organis.
" Vaginismus.
Terjadinya spesme atau kontraksi otot pada vagina yang sangat kuat hingga mengganggu senggama spasme terjadi di luar kontrol individu dan merupakan reaksi refleks terhadap rasa ketakutan.

3. GANGGUAN IDENTITAS GENDER (Gender Identity Disorder)
Gender adalah konsep psikologis yang menunjukkan pada derajat maskulinitas dan feminitas pada diri seseorang. Pria normal adalah maskulin dan wanita yang normal adalah feminine. Identitas gender adalah perasaan menjadi bagian dari jenis kelamin tertentu dan bukan jenis kelamin yang lin. Misalnya laki-laki (maskulin); seorang wanita memperspsikan dirinya wanita (feminin) ; namun ada pula seorang wanita yang menganggap dirinya adalah laki-laki (maskulin). Peran gender (gender role) menunjuk pada tingkah laku social sesuai dengan identitas gendernya. Jadi identitas gender adalah pengalaman atau persepsi individu terhadap peran gendernya ; sedangkan peran gender merupakan ekspresi dari identitas gender seseorang kepada masyarakat.
TREATMENT
Penyimpangan seksual tidak hanya bersangkutan dengan kepuasan seksual  atau pemuasan dorongan seksual semata, akan tetapi sering kali merupakan mekanisme pertahanan diri terhadap perasaan-perasaan tidak senang, ketakutan-ketakutan, kecemasan-kecemasan, dan rasa depresi yang dialami oleh seseorang. Dengan demikian diketahui bahwa penyebab gangguan seksual bukan hanya bertitik berat pada satu faktor, akan tetapi multifaktor. Artinya dalam penyembuhannya harus menggunakan beberapa metode (multidispliner dan elektis/ dipilih yang paling baik). Antara lain dengan menggunakan metode psikoanalitis, medis, treatmen behavioral, pekerjaan sosial, melalui pendekatan sosial budaya.
Treatmen-treatmen yang akan dilakukn sangat bergantung pada beberapa peristiwa di bawah ini :
" Seberapa jauh pasien menyadari akan pentingnya kesembuhan pada dirinya. Misalnya; apakah kesembuhan pada dirinya adalah murni keinginan pasien atau  hanya untuk membahagiakan orang-orang di sekitar pasien.
" Motivasi yang dimiliki oleh pasien juga sangat berperan. Jika pasien enggan merubah perilaku menyimpang pada dirinya, maka akan sulit dan sangat sulit penyembuhannya.
" Sikap individu yang bersangkutan terhadap tingkah laku seksual yang menyimpang. Yaitu seberapa jauh proses ego_distonic (tidak senada atau bertentangan dengan ego sendiri) ataukah ego_syntonic (senada, serasi dengan egonya) berlangsung pada dirinya? Sebab semakin kuat ego syntonic dan semakin terperangkap erat struktur kepribadian dan perkembangan seksual seseorang dalam kebiasaan seksual menyimpang, maka semakin kecil kemungkinan untuk sembuh.
" Treatmnen ini juga tergantung pada struktur kepribadian individu yang bersangkutan.  Misalnya, temramennya, kemampuan menjalin relasi interpersonal, dll.
" Usia yang masih muda. Jika usia pasien sudah memasuki usia rentan, misalnya 35 tahun. Maka akan sedikit kemungkinan untuk merubahnya.
Sementara untuk penyimpangan seksual yang sifatnya primer, karena terjadi akibat kerusakan pada fungsi otak, maka penyembuhan yang dilakukan dengan cara medis. Pada kondisi demikian, terjadilah proses regresi dari seksualitas yang semula normal, dengan munculnya gejala-gejala:
o Kontrol diri semakin berkurang
o Pengembangan tingkah laku seksual yang infanti
o Semakin banyak fantasi-fantasi seksual
o Terjadi awal dementia, ditmbah dengan
o Kemunculan penyakit-penyakit cerebro-vascular (pembuluh darah otak)
o Epilepsi, alkoholisme, dan penyakit cardiovascular (pembuluh darah jantung)
o Mungkin pula disertai dengan penyakit psikiatris fungsional yang serius.

Pada orang yang sangat agresif secara seksual, misalnya; kaum pedofilia habitual, para pemerkosa, psikopat, diberikan pengobatan dengan obat anti-libido, yaitu hormon estrogen. Namun pengobatan ini ada efek sampingnya yaitu mmebuat individu tersebut menjadi lebih feminin, ada proses feminasi dengan gynaccomastia (pembesaran kelenjar-kelenjar payudara pada orang laki-laki). Bisa juga diberikan obat anti-androgen, yaitu cyproterone acetate dan chlormadinone yang bisa menekan dorongan-dorongan seks yang paling mendasar.

BAB III
KESIMPULAN
Istilah "seksual"  masih sering dianggap sebagai kata yang sifatnya tabu untuk diperbincangkan. Akibatnya beberapa orang mencari tahu tentang apa itu seksual dengan cara yang tidak semestinya. Yang kita sebut dengan abnormalitas seksual atau gangguan seksual.
Ada beberapa gangguan  seksual yang diantaranya adalah kelompok Parafilia. Parafilia ("Para artinya penyimpangan dan "filia" artinya obyek atau situasi yang disukai). Parafilia menunjuk pada obyek seksual yang menyimpang (misalnya dengan benda atau anak kecil) maupun aktivitas seksual yang menyimpang (misalnya dengan memamerkan alat genital). Ada beberapa jenis gangguan seksual Parafilia yaitu:
" Pedofilia
" Eksibionisme
" Voyeurisme
" Sadisme Seksual
" Masokhisme Seksual
" Fetisisme
" Transvestisme
" Zofilia
" Froteurisme
" Homoseksual
Ada juga gangguan seksual yang masuk kelompok disfungsi seksual diantaranya :
" Gangguan keinginan seksual
" Gangguan gairah seksual
" Orgasme terhambat
" Ejakulasi dini.
" Dispareunia
" Vaginismus, dan juga gangguan-gangguan seksual lainnya.

Treatmen yang digunakan untuk menyembuhkan pasien bukan hanya bergantung pada pasien, akan tetapi individu yang bersangkutan juga sangat berperan. Misalnya, seberapa besar keinginan dari dalam diri pasien untuk merubah perilaku seksual yang menyimpang, motivasi yang dimiliki oleh pasien, sikap individu yang bersangkutan terhadap tingkah laku seksual yang menyimpang, treatmnen ini juga tergantung pada struktur kepribadian individu yang bersangkutan, dan usia pasien itu sendiri (jika usia pasien sudah tua, maka akan semakin sulit untuk penyembuhannya).  Adakalanya pasien diberi obat medis. Misalnya pada pengidap gangguan seksual yang tidak mampu mengendalikan hasrat seksualnya, maka akan diberi obat anti-estrogen yang fungsinya untuk menurunkan libido.

1 komentar:

  1. Saya seorang wanita yang sudah berumah tangga. Saya ada problem dengan kebiasaan suami saya. Dia suka sekali koleksi baju wanita,dari baju atasan, celana dalam, BRA dan suka sekali memakai celana dalam wanita daripada celana dalam pria. Sedangkan di HP nya banyak sekali tersimpan video porno sampai WA nya banyak sekali masuk grup yang tidam sewajarnya. Grup celana dalam yang isinya pamer celana dalam. Dan grup lainnya yang menurut saya tidak wajar sedangkan untuk aktifitas seks suami istri amat sangat jarang. Apakah saya harus mengajak ke dr psikolog? Kalo disinggung masalah ini sll marah dan tdk nyaman.

    BalasHapus