Sabtu, 19 November 2011

KENAIKAN HARGA BBM (Perilaku Organisasi)


Oleh:
Meirina Ramdhani
(05410060)
Aminah Permata Ummu 
(05410066)
Ratna Husniyah Huda
(05410070)
Dewi Mar’atul aslamiyah
(05410076)
Devi Dwi Irawati
(05410095)
Acsan Suseno
(05410100)
Sadid Al Muqim
(05410065)

Bismillahirrohmanirrohim.
Dunia teknologi tidak pernah berhenti dan menemui kepuasan untuk berlanjut menciptakan sensasi baru, terutama di bidang lokomotif. Hal ini pun didukung minat konsumen kelas menengah ke atas untuk terus mengkonsumsinya, sehingga tidak heran jika kepemilikannya dapat terbilang tertier (sangat mewah). Lalu bagaimana dengan masyarakat menengah kebawah?
Semakin banyak stok lokomotif kendaraan bermotor, termasuk mobil dan dan sepeda motor dengan desain selalu baru, yang kemudian didistribusikan pada konsumen, maka ketertarikan untuk membeli juga semakin besar. Hal ini, secara otomatis, akan memberi dampak besar pada distribusi bahan bakar sebagai konsekuensi pengimbang meluasnya kepemilikan kendaraan bermotor, baik secara pribadi, industri atau pemerintahan.
Seperti yang telah diungkap oleh media Jawa Pos, edisi 21 Desember 2007 dan media TEMPO Interaktif, edisi 06 November 2007, juga ikut bersuara tentang Konsumsi Premium yang diprediksi naik sebesar 6 persen.
Direktur Utama PT PERTAMINA (PERSERO) Ari Sumarno mengatakan, bahwa konsumsi bahan bakar minyak jenis premium meningkat dari kuota sekitar 16 juta kiloliter. "Kemungkinan naik 6 persen dari kuota," kata Ari di sela-sela acara International Investment Summit, Responding To The Energy Challenges, di Jakarta Convention Center.

Menurut Ari, peningkatan konsumsi premium karena jumlah kendaraan bermotor juga naik. Premium merupakan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disubsidi pemerintah, di samping minyak tanah dan solar. Dalam APBNP 2007, konsumsi BBM ditetapkan sebesar 36,1 juta kiloliter yang terdiri atas premium 16,6 juta kiloliter, minyak tanah 9,6 juta kiloliter dan solar 9,9 juta kiloliter.
Di edisi yang sama, TEMPO Interaktif, dengan tema Realisasi Subsidi BBM yang Membengkak, juga sangat memprihatinkan. Realisasi pengeluaran negara untuk subsidi BBM 2007 membengkak dari semula Rp 55,6 triliun menjadi Rp 91 triliun akibat lonjakan harga minyak dunia. Subsidi listrik juga membengkak sekitar Rp 50 triliun dari sebelumnya Rp 32,44 triliun.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, pembengkakan subsidi BBM dan listrik tersebut tidak dapat dihindari karena secara rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) sudah mencapai US$ 72 per barel akibat lonjakan harga si emas hitam hingga US$ 96 per barel. ICP merupakan patokan minyak untuk APBN, dan pada tahun 2007, pemerintah mematok asumsi harga minyak US$ 60 per barel.
Harga minyak terus melonjak dalam tiga bulan terakhir akibat memanasnya situasi di Timur Tengah dan berkurangnya stok di Amerika Serikat. Saat itu (5/11) harga minyak mentah ringan untuk kontrak pengiriman Desember di pasar New York mencapai US$ 94,98 per barel, turun dibanding akhir pekan lalu dengan harga US$ 95,93 per barel.
Dari deskripsi di atas, maka menarik untuk dibahas, terutama melalui sudut pandang perusahaan PERTAMINA (PERSERO) sebagai pemegang monopoli terbesar atas migas untuk dibudidayakan menjadi tenaga bahan bakar kendaraan bermotor, atau bahkan industri.
Kelompok kami akan memberikan analisa pada pembahasan kali ini sebagai isu hangat di tahun baru 2008. Selamat menikmati.

A.           MASALAH
Kenaikan manual harga BBM akan menjadi ancaman bagi semua kalangan kehidupan, mulai dari dengan motif sekedar bertahan hidup hingga kemajuan industri. Di sisi lain, tanpa kita sadari, kenaikan harga BBM tahun 2005 sekitar 180 persen, bukanlah sepenuhnya manjadi krus harga, karena di dalamnya ada sekian persen dari subsidi pemerintah. Lalu bagaimana jika subsidi itu dicabut? Dan bagaimana juga dengan perekonomian Indonesia?
Untuk mengurangi subsidi BBM, menurut Poernomo, ada dua cara, yakni menaikkan harga BBM dan mengurangi volume konsumsi BBM. Namun, pemerintah tidak akan mengambil opsi pertama yaitu menaikkan lagi harga BBM. "Dampak sosialnya sangat besar, kemungkinan opsi kedua akan diambil," ujarnya.
Beberapa ketidaksesuaian dapat ditemukan sebagai permasalahan pokok, yang kemudian dapat digunakan sebagai acuan pokok untuk menentukan kebijakan tentang opsi problem-solving. Klasifikasi ini dibuat oleh penulis untuk mempermudah pembahasan, singkat kata sebagai batasan permasalahan yang menjadi sebab kenaikan BBM, yaitu:
1)      Melonjaknya harga minyak international,
2)      Kendaraan bermotor semakin meluap, dan
3)      Pengaruhnya terhadap perekonomian.

B.           TUJUAN
Seperti halnya keilmuan pada umumnya, namun lebih dibidik dari sudut pandang psikologi, secara teoritis, hal ini akan menemukan hipotesa baru untuk pengelolaan perusahaan, baik motivasi atau elemen lainnya, baik individual atau kelompok, maupun profit atau non profit, dalam menentukan kebijakan. Namun demikian, hal ini tidak dapat dijadikan pedoman secara langsung dan pada tiap problem, karena pemeriksaan yang detail dan kompleksitas problem yang selalu timbul dalam perusahaan.
Di sisi praktis, hal ini akan menjadi dorongan individu untuk menentukan keputusan atau kebijaksanaan yang matang dan terprediksi kelebihan dan kekurangannya, sehingga hasil yang diperoleh akan semakin maksimal juga optimal, terlebih dalam persaingan perusahaan profit lainnya, yang dalam hal ini pada monopoli migas.


kenaikan harga BBM
Sebagai keseimbangan perekonomian dan keuntungan perusahaan
BAB II
PEMBAHASAN
A.           MOTIVASI
Motivasi tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan seseorang sebagai organisme yang hidup dalam melakukan suatu perbuatan atau tindakan. Individu dalam melakukan sesuatu tidak akan lepas dari adanya motivasi yang melatarbelakangi tindakannya tersebut.
Menurut Kartini Kartono, motivasi adalah keadaan dalam diri individu yang memunculkan, mengarahkan dan mempertahankan perilaku yang mendorong seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dorongan di sini yaitu desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup dan merupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup.
McDonald menyatakan bahwa motivasi merupakan respon terhadap sesuatu berupa rasa yang dibarengi dengan adanya tujuan terentu yang teraplikasi melalui perbuatan dan tindakan.
Motivasi adalah faktor yang mendorong seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Pada dasarnya, motivasi adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan dan memberikan kekuatan  yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Oleh karena itu, tidak akan ada motivasi jika tidak dirasakan rangsangan-rangsangan terhadap hal semacam di atas yang akan menumbuhkan motivasi.
Motivasi memiliki pengaruh terhadap tingkah laku individu yang bersangkutan. Ini dapat menjadi pendorong, pemberi semangat untuk meraih sesuatu yang diinginkan, bisa juga menjadi pemelihara agar seseorang tidak mudah putus asa dan patah semangat. Dengan motivasi yang kuat, maka akan muncul mental kerja keras dan tidak mudah putus asa.


Teori-teori motivasi
1.      Teori Atribusi
Teori ini dicetuskan oleh Fritz Helder. Teori ini berpendapat bahwa motivasi seseorang ditentukan oleh determinan-determinan lingkungan. Oleh karena itu, motivasi dari tindakan seseorang dapat dilacak dari bagaimana cara seseorang menafsirkan atau berusaha mengerti apa yang melatarbelakangi peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
2.      Teori Harapan
Teori ini dicetuskan oleh Victor E. Vroom. Teori ini beranggapan bahwa motivasi merupakan produk kombinasi antara besarnya keinginan seseorang untuk mendapatkan reward tertentu dengan kemungkinan untuk menyelesaikan tugas-tugas atau prasyarat-prasyarat yang diperlukan untuk memperoleh reward itu.
3.      Teori Motif Berprestasi
Teori ini dicetuskan oleh David McClelland. Teori ini beranggapan bahwa perilaku manusia didasari oleh motivasi-motivasi berikut ini.
a.       Motivasi berprestasi (need of achievement) tercermin dari perilaku individu yang selalu mengarah kepada tugas-tugas yang menantang tanggung jawab secara pribadi. Ia terbuka untuk menerima umpan balik guna memperbaiki prestasi inovatif-kreatif.
b.      Motivasi akan kebutuhan kekuasaan (need of power) yang terlihat dari individu yang selalu berusaha menanamkan pengaruh atas orang lain demi reputasinya sendiri.
c.       Motivasi akan kebutuhan berafiliasi (need of affliation) yang terlihat pada perilaku individu yang menyukai berkumpul dengan orang lain, membina hubungan dan melakukan afilias-afiliasi baru.

B.           komunikasi
Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial. Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang, karena berhubungan, menimbulkan interaksi sosial. Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi.
Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Latin “communication” yang bersumber dari kata “communis” (sama makna mengenai suatu hal). Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan kata lain, hubungan antara mereka bersifat komunikatif. Sebaliknya, jika ia tidak mengerti, maka komunikasi tidak berlangsung. Atau dengan kata lain, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif.
Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia.
Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia, yang sering disebut komunikasi social. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia yang bermasyarakatlah terjadinya komunikasi.
Jadi, teknik berkomunikasi yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan di sini adalah komunikasi antara seseorang dengan orang lain, komunikasi manusia atau komunikasi sosial yang mengandung makna “proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain”.
Secara pragmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan tertentu, seperti memberitahukan, mengubah sikap, pendapat ataupun perilaku. Komunikasi ini dapat dilakukan dalam berbagai cara, baik secara lisan, tatap muka maupun melalui me­dia; media massa (surat kabar, radio, televisi, film) ataupun media nonmassa (surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk dan sebagainya).
Oleh karena itu, komunikasi dalam pengertian ini harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu, bergantung pada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada komunikan yang dijadikan sasaran.
Ditinjau dari segi komunikator, komunikasi ini bersifat informatif dan persuasif. Namun, komunikasi persuasif lebih sulit daripada komunikasi informatif karena memang tidak mudah untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang atau sejumlah orang.
Dari pengertian komunikasi di atas, terlihat adanya sejumlah komponen atau unsur yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam “bahasa komunikasi” komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:
    Komunikator; orang yang menyampaikan pesan.
    Pesan; pernyataan yang didukung oleh lambang.
    Komunikan; orang yang menerima pesan.
    Media; sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan berada jauh atau dalam jumlah yang banyak.
    Efek; dampak sebagai pengaruh dari pesan.

Teknik berkomunikasi adalah cara atau “seni” penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah pemyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan yang dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran dan sebagainya.
Pernyataan tersebut dibawakan oleh lambang, yang dapat berupa bahasa maupun kial (gerak atau isyarat) seperti gerak tubuh, gambar, warna dan lainnya.
Di antara sekian banyak lambang yang bisa digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, sebab bahasa dapat menunjukkan pemyataan seseorang mengenai hal-hal, selain yang kongkrit juga yang abstrak, baik yang terjadi saat sekarang maupun waktu yang lalu dan masa yang akan datang. Tidak demikian kemampuan lambang-lambang lainnya. Hal terpenting dalam komunikasi ialah bagaimana cara agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan.
Dampak atau efek yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu:
a.       Dampak kognitif
Dampak kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan ia menjadi tahu dan paham atau meningkatkan intelektualitasnya. Pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran komunikan.
b.      Dampak afektif
Dampak afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Tujuan komunikator bukan hanya sekadar supaya komunikan untuk mengetahui tentang suatu hal, namun hatinya pun ikut tergerak yang akhirnya menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.
c.       Dampak behavioral
Dampak ini merupakan dampak yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.

C.           HUBUNGAN
Kenaikan harga BBM yang terjadi saat ini memang semakin memberatkan beban rakyat terutama kalangan menengah ke bawah. Kenaikan BBM tentunya akan berimbas pada meningkatnya harga kebutuhan pokok lainnya. Namun demikian kesalahan tidak sepenuhnya harus ditimpakan kepada segolongan pihak saja, mengingat kebutuhan akan BBM bukan hanya menjadi beban rakyat, tetapi juga menjadi beban negara sebagai pemberi subsidi bagi rakyat selama ini.
Kenaikan ini wajar saja terjadi karena bila ditelusuri kembali lonjakan harga minyak dunia yang meningkatlah yang menjadi penyebabnya. Kenaikan atau lonjakan harga minyak dunia meningkat karena bertambahnya permintaan terhadap minyak dari berbagai penjuru dunia yang terus bertambah, terlebih kawasan Asia. Permintaan yang besar itu disebabkan karena banyak faktor, apalagi jika melihat semakin pesatnya perkembangan berbagai negara di kawasan Asia yang terus merangkak berkembang.
Meningkatnya jumlah kepemilikan kendaraan bermotor khususnya di Indonesia juga menjadi salah satu penyebab terbesarnya, yang tentunya menuntut pasokan minyak yang besar pula. Besarnya permintaan dari rakyat mengakibatkan pihak Pertamina sebagai pemegang monopoli migas di Indonesia kewalahan dalam memenuhi permintaan masyarakat, yang seketika itu pula terjadi kenaikan di tingkat minyak dunia. Namun ternyata hal ini tidak diikuti dengan meningkatnya perekonomian rakyat, yang justru semakin menurun dari waktu ke waktu, terbukti dengan meningkatnya jumlah pengangguran karena banyak perusahaan yang gulung tikar. Hal ini menjadikan permasalahan baru bagi negara dalam menentukan kebijakan terkait kebutuhan yang cukup urgen dalam kehidupan masyarakat apalagi dalam skala yang cukup besar.
Jika pemerintah tidak menaikkan harga bahan bakar jenis premium, maka subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah juga akan semakin besar dan tentunya hal ini juga akan menambah berat beban yang harus ditanggung oleh negara dan mengganggu sistem perekonomian negeri ini. Namun di lain sisi bila pemerintah menaikkan harga BBM, maka dapat dipastikan penderitaan rakyat terutama kalangan menengah ke bawah pun akan semakin bertambah pula. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa kenaikan harga minyak dunia sangat berhubungan dengan stabilitas perekonomian berbagai elemen dalam setiap negara. Pemerintah Indonesia dalam hal ini mengusahakan jalan tengah terbaik dalam menyelesaikan permasalahan ini, yaitu dengan mengusahakan peminimalan kepemilikan kendaraan bermotor yang cukup menguras persediaan bahan bakar terutama jenis premium untuk kebaikan semua pihak dalam negara ini.    
Dalam permasalahan ini, pemerintah terutama pihak Pertamina termotivasi untuk meningkatkan harga premium untuk dapat terus memenuhi permintaan masyarakat, karena dengan meningkatnya permintaan tersebut sangat memungkinkan besarnya keuntungan yang akan didapat nantinya. Terlebih Pertamina sebagai pemasok migas terbesar di Indonesia yang telah memiliki pelanggan yang jumlahnya tak terhitung lagi yang memberikan motivasi untuk berusaha tetap menyediakan pasokan minyaknya demi menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat luas kepada mereka.
Selain itu, dalam menyikapi pro ataupun kontra terhadap keputusan yang mereka ambil, maka sebelumnya mereka mengkomunikasikan segala sesuatunya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa saja membahayakan perusahaan mereka, dengan terus mengkampanyekan budaya untuk menghemat penggunaan bahan bakar di berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik, terutama premium dengan meminimalkan penggunaan maupun kepemilikan kendaraan, hal itu dilakukan bekerjasama dengan pihak pemerintah sekaligus dalam mengelola dan mengatur pendistribusian bahan bakar dengan harapan agar semua daerah tidak ada yang mengalami kekurangan pasokan bahan bakar.
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi, dimana ketika bahan bakar mengalami kenaikan dan hal itu diikuti dengan kelangkaan pasokan bagi masyarakat di berbagai daerah, seperti yang umumnya terjadi di dalam negeri ini yang umumnya mudah terjadi berbagai aksi ataupun demo yang bermacam-macam karena tuntutan kebutuhan mereka tidak terpenuhi.

D.           HIPOTESA
Dari penjelasan di atas, maka hipotesis yang didapat adalah bahwa terdapat hubungan antara motivasi dan komunikasi terkait dengan permasalahan di atas.


kenaikan harga BBM
Sebagai keseimbangan perekonomian dan keuntungan perusahaan
BAB III
PEnutup
A.           KESIMPULAN
Kenaikan harga BBM tentunya meresahkan masyarakat Indonesia, terutama kalangan menengah ke bawah. Meski demikian, minat masyarakat terhadap BBM tetap tinggi. Betapa tidak, hampir sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki kendaraan bermotor yang pastinya membutuhkan bahan bakar, juga untuk aktifitas kehidupan lainnya.
Salah satu alasan pemerintah menaikkan harga BBM ini termotivasi dari melonjaknya harga minyak dunia. Ini pun dikarenakan semakin banyaknya permintaan minyak dari berbagai belahan dunia. Ditambah lagi dengan jumlah pemilik kendaraan bermotor yang tak kalah banyak.
Oleh karena itu, pemerintah diharap mampu mengkomunikasikan hal ini kepada masyarakat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti demonstrasi yang biasa dilakukan masyarakat.

B.           SARAN
Beberapa saran yang dapat kami berikan diantaranya:
1.      Mengurangi jumlah konsumsi terhadap BBM.
2.      Pemerintah seharusnya mensosialisasikan alasan kenaikan BBM, sehingga masyarakat dapat memberikan respon positif terhadap hal ini.

Oleh Aviliani, Mahasiswa Program Doktor Manajemen Bisnis IPB (MB - IPB) Written by Aviliani, beban subsidi BBM kedepan sulit diprediksi karena dikarenakan harga minyak mentah dunia akan terus naik, bahkan tahun 2010 bisa mencapai US$100/barel. Itu berarti ketergantungan terhadap impor BBM harus semakin dipikirkan untuk mencari substitusi, tetapi bukan cara dengan memutuskan melakukan penghematan dengan mengurangi impor BBM dan membatasi penggunaan BBM untuk kendaraan pemerintah dan individu secara mendadak.
Hal itu akan mengganggu aktivitas ekonomi karena akan terjadi lagi kelangkaan BBM, dan dampak paling buruk adalah pada kenaikan angka inflasi. Dalam jangka pendek yang paling mungkin dilakukan adalah kendaraan umum diarahkan untuk menggunakan biodiesel atau BBG ( hal ini telah dilakukan oleh beberapa kendaraan departemen), sedangkan untuk kendaraan pribadi yang masih menggunakan BBM bersubsidi dapat dikompensasikan melalui pajak kendaraan, yang besar kenaikannya dihitung dari dari rata-rata pengguna BBM dalam 1tahun, sehingga diharapkan kelak mobil-mobil tersebut menggunakan BBM yangtidak subsidi.
Pada sektor industri yang memang tidak lagi disubsidi BBM-nya jangan sanpai kenaikan minyak dunia justru membuat industri mati. Oleh karena itu, pemerintah dapat membantu menekan biaya yang terkait denngan biaya birokrasi ditingkat pusat maupun daerah dengan melakukan berbagai reformasi birokrasi. Bila perlu sketma insentif diberikan terutama yang memprtahankan usaha dengan jumlah tenaga kerja yang banyak, serta insentif bagi yang mengguankan energi alternatif. Untuk mengimplementasikan tentu saja peraturan-peraturan yang mendukung inpres 3/2006 dapat diluncurkan dan kerjasama antar instansi menjadi kunci kebeberhasilan.
Jangka panjang investasi dibidang infrastruktur diarah pada batu bara, maupun gas, yang cadangannya masih besar. Hal ini terkait dengan kemudahan dalam menarik minat invekstor, karena industri hulu-hilir maupun energi cukup tersedia.


PROFIL PERTAMINA (PERSERO)
PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN PERTAMIN di tahun 1968, namanya berubah menjadi PN PERTAMINA. Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971, sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
PT PERTAMINA (PERSERO) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 "TENTANG PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI NEGARA (PERTAMINA) MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)"
Sesuai akta pendiriannya, maksud dari perusahaan Perseroan adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut.

Adapun tujuan perusahaan Perseroan adalah untuk:
1.             Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perseroan secara efektif dan efisien.
2.             Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, Perseroan melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:
1.             Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan dan turunannya.
2.             Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik Perseroan.
3.             Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas (LNG) dan produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG.
4.             Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1, 2 dan 3.

Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang MIGAS baru, PERTAMINA tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli industri MIGAS di mana kegiatan usaha minyak dan gas bumi diserahkan kepada mekanisme pasar.


Visi Misi
VISI       : Menjadi unit pemasaran terkemuka dengan layanan kelas dunia
MISI       : 1. Memasarkan produk minyak, gas dan hasil olahannya dengan mengutamakan etika, keramahan, kecepatan, ketepatan dan berwawasan lingkungan.
                  2. Mengelola usaha dengan berorientasi pada pencapaian kinerja terbaik.
                  3. Menjadi aset unggulan bagi perusahaan, pemerintah, pekerja dan masyarakat.


daftar pustaka
1.      Azhari, Akyas. 2004. Psikolgi Umum dan Perkembangan. Jakarta: PT Mizan Publika.
2.      Jawa Pos edisi Jum’at, 21 Desember 2007.
5.      http://www.pikiran-rakyat.com
http://www.antara.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar