Senin, 19 Juli 2010
Konsep Kepribadian dalam Psikologi
“Konsep Kepribadian dalam Psikologi”
Dosen Pengampu: Bpk. H. M Lutfi Mustofa , M. Ag
Oleh
Mifta Faridz Verian Artha (09410024)
Fakultas Psikologi
Kelas A
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2009
a. Teori Sigmund Freud
· Teori dasar:
- Determine Psikis (Psychic Determinism)
- Motivasi tak sadar (Unconscious Motivation)
·1 Struktur kepribadian
Dua asumsi ini membagi struktur kepribadian ke dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego.
à Id
à Ego
à Superego
·2 Dinamika kepribadian
à Instink hidup dan mati
à Pendistribusian dan penggunaan energi psikis (konflik, kecemasan, dan mekanisme pertahanan ego)
·3 Perkembangan kepribadian oral, anal, phallik, laten, dan genital.
·4 Implikasi teori terhadap bimbingan dan konseling
à Assosiasi bebas à Transferensi
à Analisis mimpi à Reedukasi
b. Teori Carl Gustaf Jung
·1 Struktur kepribadian manusia
à Dimensi kesadaran manusia (ekstravers dan introvers)
à Dimensi ketidaksadaran manusia
·2 Tahap perkembangan kebribadian yang terbagi menjadi empat tahap
c. Teori Kepribadian Erik Erikson
·3 Struktur kepribadian
à Ego Kreatif à Aspek Psikoseksual
à Ego Otonomi Fungsional
·1 Teori Perkembangan Psikososial, dengan delapan tahapan
Ø3 Asumsi d. Asumsi Sigmund Freud
·1 Teori Dasar
- Determine Psikis (Psychic Determinism)
Asumsi ini mengemukakan bahwa segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, atau dirasakan individu mempunyai arti dan maksud itu semuanya secara alami sudah ditentukan.
- Motivasi tak sadar (Unconscious Motivation)
Freud meyakini bahwa sebagian besar tingkah laku individu (seperti perbuatan, berpikir, dan merasa) ditentukan oleh motif tak sadar.
·2 Struktur Kepribadian
Dua asumsi ini membagi struktur kepribadian ke dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego.
à Id
Sistem asli (the true psychic reality), bersifat subjektif (tidak mengenal dunia objektif), yang terdiri dari insting-insting, dan gudangnya (reservoir) energi psikis yang digunakan oleh ketiga unsure kepribadian
à Ego
Berkembang untuk memenuhi kebutuhan id yang terkait dengan dunia nyata. Memperoleh energi dari id. Mengetahui dunia subjektif dan objektif.
à Superego
Komponen moral kepribadian, terdiri dari dua subsistem: kata hati (yang menghukum tingkah laku yang salah) dan ego ideal (yang mengganjar tingkah laku yang baik).
·3 Dinamika Kepribadian
à Instink
- Hidup
Merupakan motif dasar manusia yang mendorong kearah tingkah laku konstruktif. Unsur ini meliputi dorongan jasmaniah dan diwujudkan dalam berbagai komponen budaya kreatif. Energi yang bertanggung jawab bagi instink hidup adalah libido (bagian-bagian tubuh yang sangat peka terhadap rangsangan yang apabila dimanipulasi dengan cara tertentu akan terasa nikmat.
- Mati
Merupakan motif dasar manusia yang bersifat destruktif. Freud meyakini meyakini bahwa manusia dilahirkan dengan membawa dorongan untuk mati. Kenyataan manusia pada akhirnya mati, oleh karena itu tujuan hidup manusia adalah mati.
à Pendistribusian dan penggunaan energi psikis
- Konflik
Freud berasumsi bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari rentetan konflik internal (dalam diri) yang terus menerus. Konflik internal antara id, ego, superego adalah hal yang biasa. Mengapa demikian? Karena id menginginkan kepuasan dengan segera, sementara ego menundanya sampai ada kecocokan dengan dunia luar, dan superego sering kali menghindarinya.
Freud meyakini bahwa konflik-konflik itu bersunmer kepada dorongan-dorongan seks dan agresif. Alasan mengapa dia menekankan konflik itu kepada kedua dorongan tersebut, karena Freud berfikir bahwa seks dan agresi merupakan dorongan yang lebih kompleks dan membingungkan control social daripada motif-motif dasar lainnya, dan dorongan seks serta agresi dirintangi secara teratur (reguler) daripada dorongan biologis lainnya.
Konflik sering terjadi secara tidak disadari. Walaupun tidak disadari, konflik tersebut dapat dmelahrkan kecemasan (anxiety). Kecemasan ini dapat dilacak dari kekhawatiran ego akan dorongan id yang tidak dapat dikontrol, sehingga melahirkan suasana yang mencekam/mengerikan. Setiap orang berusaha untuk membebaskan diri dari kecamasan ini yang dalam usahanya sering menggunakan mekanisme pertahanan ego.
- Kecemasan
- Mekanisme pertahanan ego
Merupakan upaya individu yang berupaya untuk mengurangi kecemasan melalui proses mental, yang menggunakan dua karakteristik khusus yaitu (1) tidak disadari dan (2) menolah, memalsukan atau mendistorsi (mengubah) kenyataan.
Mekanisme pertahanan ini terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
# Represi
Penekanan id untuk keluar dari ego (penguburan kea lam bawah sadar). Misalnya, seorang remaja memiliki hasrat untuk memenuhi kebutuhan biologisnya (seks), namun keinginan itu ditekannya sedemikian rupa karena perbuata tersebut melanggar norma agama.
# Projeksi
Merupakan pengalihan pikiran, perasaan aatau dorongan diri sendiri kepada orang lain yang bertujuan mengurangi pikiran atau perasaan yang menimbulkan kecemasan. Contoh: Ari bilang, “Doni mencintai Kamu!”, padahal Ari sendirilah yang mencintai wanita itu.
# Pembentukan reaksi
Merupakan penggantian sikap dan tingkah laku dengan sikap dan tingkah laku yang berlawanan. Mekanisme ini biasanya ditandai dengan sikap atau perilaku yang berlebuhan atau sikap kompulsif. Misalnya, seorang ibu membenci temannya, karena dia merasa menjadi nomor dua darinya. Tetapi dia merasa takut (cemas) untuk berkompetisi dengannya. Untuik menyembunyikan semua itu, dia bersikap dan berperilaku yang sebaliknya, yaitu menaruh perhatian yang berlebihan terhadap temannya tersebut.
# Pemindahan objek
Merupakan proses pengalihan perasaan dari objek (target) asli ke objek pengganti. Misalnya, seorang remaja yang dimarahi ayahnya, kemudian remaja itu memukul adiknya sebagai pelampiasan, karena jika menyatakan kebenciannya terhadap target yang asli akan menimbulkan kecemasan atau rasa bersalah.
# Fiksasi
Merupakan proses kemandegan dalam perkembangan psikis, karena merasa cemas untuk melangkah ke perkembangan berikutnya. Misalnya, anak berusia 7 tahun masih menghisap jempol dan belum berani bepergian tanpa ibunya.
# Regresi
Merupakan pengulangan tingkah laku yang cocok bagi tahap perkembangan atau usia sebelumnya (perilaku kekanak-kanakan). Tujuannya supaya mendapatkan bantuan untuk menghadapi peristiwa yang traumatik. Misalnya, setelah bertengkar dengan suaminya, seorang wanita muda pulang ke rumah orang tuanya. Disini dia menampilkan diri sebagai seorang anak yang memerlukan perlindungan orang tuanya.
# Rasionalisasi
Merupakan penciptaan kepalsuan namun dapat masuk akal sebagai upaya pembenaran tingkah laku yang tidak dapat diterima. Misalnya, seorang mahasiswa yang mendapatkan nilai jelek, dia berkata kepada temnnya bahwa hal itu terjadi karena dia tidak belajar.
# Sublimasi
Merupakan pembelotan libido seksual kepada kegiatan yang secara sosial lebih dapat diterima. Dalam benyak cara sublimasi merupakan mekanisme yang sehat, karena energi social berada dibawah control social. Misalnya, dorongan agrsif seperti senang berkelahi dapat dibelotkan menjadi seorang petinju.
# Identifikasi
Merupakan proses memperkuat harga diri (self-esteem) dengan membentuk suatu persekutuan (aliansi) nyata atau maya dengan orang lain, baik seseorang maupun kelompok. Misalnya, para kawula muda sering mengembangkan harga diri atau kebanggaan harga dirinya melalui identifikasi dengan para bintang (film, musik, atau olah raga).
·4 Perkembangan Kepribadian
a) Tahap Oral, adalah periode bayi yang masih menetek dan seluruh hidupnya masih bergantung orang lain. Karena pada masa ini mulut menjadi sumber kenikmatan erotis, maka kegiatan mengisap dan menelan menjadi metode utama untuk mereduksi ketegangan dan mencapai kepuasan.
b) Tahap Anal, adalah tahap seseorang yang berusia kira-kira 2 sampai 3 tahun. Pusat kinikmatan (libido) pada tahap ini sikan ke daerah anus. Anak akan mengalami ketegangan ketika duburnya penuh dengan ampas makanan dan peristiwa buang air besar yang hal itu merupakan proses pelepasan ketegangan dan pencapaian kepuasan, rasa senang atau rasa nikmat. Setelah melewati masa penyapihan, anak oleh orang tua diajari untuk tidak buang air sembarangan. Inilah nilai-nilai sosialisasi pertama yang sistematis sebagai upaya untuk mengontrol dorongan-dorongan biologis anak.
c) Tahap Phallik, yaitu tahap yang berlangsung ketika anak kira-kira bersia 4 sampai 5 tahun. Pada masa ini, menurut Freud anak mulai senang memainkan alat kelaminnya sendiri karena libido berpindah ke alat kelamin.
d) Tahap Latensi, berkisar antara usia 6 sampai 12 tahun (sekolah dasar). Tahap ini merupakan masa tenang seksual karena segala sesuatu yang terkait dengan seks dihambat atau direpres.
e) Tahap Genital, adalah tahap yang dimulai sekitar usia 12 atau 13 tahun sampai seterusnya, Masa ini ditandai dengan matangnya organ reproduksi anak. Pada periode ini, instink seksual dan egresif menjadi aktif. Seseorang mulai mengembangkan motif untuk mencintai orang lain, atau berkembangnya motif altruis (keinginan untuk memperhatikan kepentingan orang lain)
·5 Implikasi teori terhadap bimbingan dan konseling
1) Asosiasi Bebas, merupakan teknik utama psikoanalisis. Pasien diminta untuk mengungkapkan apa saja yang berada dipikiran dan perasaannya. Tidak masalah ketika yang dikatakan pasien itu kata-kata cabuaal, tidak logis, atau kata0kata yang tidak penting.
2) Analisis Mimpi, sangat terkait dengan asosiasi bebas. Ketika pasien tidur, ego menjadi lemah untuk mengontrol dorongan id atau dorongan lain yang disadari. Ahirnya dorongan ego tersebut dapat mendesak ego untuk memuaskannya melalui mimpi. Dalam hal ini, pasien diminta untuk menceritakan isi mimpinya kepada konselor.
3) Transferensi, dikenali sebagai mekanisme pertahanan ego dimana impuls tak sadar dialihkan sasarannya dari objek yang satu ke objek yang lainnya. Apabila mekanisme ini muncul dari diri pasien pada pertemuan terapi, maka fenomenanya disebut transferensi. Tepatnya, transferensi muncul apabila pasien mengalihkan sasaran perasaan cinta atau bencinya atas orang tertentu (biasanya orang tua) kepada konselor. Freud yakin bahwa transferensi itu mencerminkan kebutuhan pasien akan objek cinta dengan maksud agar perasaan cinta (atau benci) yang direpresnya bisa diungkapkan, dan terapeut sering dijadikan objek pengganti. Transferensi ini bisa dilihat dari komunikasi verbal atau sikap pasien terhadap konselornya.
4) Reedukasi, merupakan tahap terahir setelah pasien menyampaikan segenap perasaan cinta atau bencinya terhadap sesuatu hal kepada konselor. Konselor membuka wawasan atau pemahaman baru mengenai masalah yang dialami pasien dengan cara memberi masukan dan saran yang dapat membantu pasien dalam menyelesaikan permasalahannya.
e. Asumsi Carl Gustaf Jung
·1 Struktur kepribadian manusia
Jung menjelaskan bahwa “Psyche embracess all thought, feeling, and behavior, concious and unconscious.” (Calvin S. Hall dan Gardner L., 1985: 109) Kepribadian itu adalah seluruh pemikiran, perasaan, dan perilaku nyata baik yang disadari maupun yang tidak disadari,
- Dimensi kesadaran kepribadian
Dimensi kesadaran dari kepribadian ini adalah ego menurut Sigmund Freud. Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan manusia. Ego melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas seseorang. Dari segi pandangan sang pribadi ego dipandang berada pada dimensi kesadaran.
C. G. Jung membagi dimensi kesadaran ini menjadi 2 orientasi, yaitu ekstravers dan introvers.
Ekstravers adalah seseorang yang mempunyai orientasi hidup terbuka terhadap dunia luar karena mengembangkan fikiran positif terhadap lingkungannya.
Introvers adalah orang yang dipengaruhi oleh dunia subjektif, yaitu dunia dalam dirinya sendiri. Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik, akan tetapi penyesuaiannya dengan batinnya sendiri baik.
- Dimensi ketidaksadaran kepribadian
Dimensi ini mempunyai dua lingkaran yaitu: (1) ketidaksadaran pribadi; dan (2) ketidaksadaran kolektif. Ketidaksadaran pribadi berisi hal yang diperoleh individu selama hidupnya namun tertekan dan terlupakan. Ketidaksadaran pribadi terdiri dari pengalaman yang disadari tetapi kemudian ditekan, dilupakan, dan diabaikan serta pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar pada pribadi seseorang. Ketidaksadaran pribadi berisi hal yang teramati, terpikirkan, dan terasakan dibawah ambang kesadaran. Sering kali diwujudkan dalam mimpi seseorang.
Ketidaksakdaran kolektif berisi hal yang diperoleh seluruh jenis manusia selama pertumbuhan jiwanya melalui generasi terdahulu. Ketidaksadaran kolektif atau transpersonal adalah bekas gudang ingatan laten yang sadaran ini hampir terlepas dari segala segi pribadi dalam kehidupan seseorang dan nampaknya bersifat universal. C. G. Jung menghubungkan sifat universal ketidaksadaran kolektif itu dengan kesamaan struktur otak pada semua ras manusia. Kesamaan struktur otak manusia ini disebabkan oleh evolusi umum.
·4 Tahap perkembangan kebribadian yang terbagi menjadi empat tahap sesuai dengan sifat ekstravers dan introvers dengan menekankan pada fungsi atau cara, yaitu:
a. Tahap mengindra (sensing)
Membuat sadar fungsi pokok serta sikap jiwa yang ada dalam ketidaksadaran. Dengan cara ini, tegangan dalam batin berkurang dan kemampuan untuk mengadakan orientasi serta penyesuaian diri meningkat.
b. Tahap berpikir (thinking)
Membuat sadar imago. Dengan menyadari imago ini, seseorang akan mampu melihat kelemahannya sendiri yang diproyeksikan.
c. Tahap mengintuisi (intuiting)
Menyadari bahwa manusia hidup dalam berbagai tegangan pasangan yang berlawanan, baik rohaniah maupun jasmaniah. Manusia harus tabah menghadapi masalah ini serta dapat mengatasinya.
d. Tahap merasa (feeling)
Adanya hubungan yang selaras antara kesadaran dan ketidaksadaran, adanya hubungan yang selaras antara segala aspek kepribadian yang ditimbulkan dititik pusat kepribadian yaitu diri. Diri menjadi titik pusat kepribadian, menerangi, menghubungkan, serta mengkoordinasikan seluruh aspek kepribadian. Gambaran manusia yang mampu mengkoordinasikan seluruh aspek kepribadiannya ini disebut manusia integral atau manusia sempurna.
f. Asumsi Erik Erikson
·2 Struktur kepribadian
a) Ego kreatif, Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego, yaitu kepercayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, geneerativitas dan pemeliharaan, seta integritas. Ego dapat memecahkan kreatif atas masalah paada tahap kehidupan. Apabila menemui hambatan atau konflik ego tidak menyerah tetapi bereaksi dengan menggunakan kombinasi antara kesiapan batin dan kesempatan yang disediakan oleh lingkungan. Ego bukan budak justru menjadi pengatur id, super ego dan dunia luar. Jadi ego disamping hasil proses faktor-faktor genetik, fisiologis, dan anatomis, juga dibentuk oleh aspek kultural dan historis.
b) Ego otonomi fungsional, teori ego dari Erikson yang dapat dipandang sebagai pengembangan dari teori pekembangan seksual-infantil dari freud, mendapat pengakuan yang luas sebagai teori yang khas, berkat pandangannya bahwa perkembangan kepribadian menikuti prinsip epigenetik. Prinsip ini menyatakan bahwa kepribadian kita terbagi menjadi delapan tahap. Satu tahap ditentukan oleh keberhasilan atau ketidakstabilan tahap sebelumnya.
c) Aspek Psikoseksual, teori perkembangan Erikson ini melengkapi teori Freud dalam dua hal, pertama melengkapi tahapan perkembangan menjadi delapan tahap yakni tahap bayi (infancy), anak (early childhood), bermain (play age), remaja (adolscence), dewasa awal (young adulthood), dewasa madya (middle adulthood), dan usia tua (late adulthood). Erikson mengakui aspek adamya aspek psikoseksual dalam perkembangan, yang menurutnya bisa berkembang positif (aktualisasi seksual yang dapat diterima) atau negatif (aktualisasi ekspresi seksual yang tidak dikehendaki). Dia memusatkan perhatiannya kepada mendiskripsikan bagaimana kapasitas kemanusiaan mengatasi aspek psikoseksual itu; bagaimana mengembangkan instink seksual menjadi positif.
·3 Tahap-tahap perkembangan (epigenetik)
Menitikberatkan pada perkembangan maladaption (adaptasi yang keliru yang terlalu percaya terhadap dunia luar) dan malignasi (selalu curiga) dalam keberhasilan tahapannya. Malignasi yang paling berbahaua diantara keduanya karena banyak mengandung aspek negatif dan sedikit sekali memuat aspek positif, seperti orang yang tidak percaya kepada siapapun.
- Tahap pertama (usia 0-1), menurut Erikson usia ini merupakan masa secara psikososial amat fundamental bagi tahap perkembangan selanjjutnya. Masa ini ditandai dengan sifat dasar “trustmistrust” yang tugas perkembangannya adalah mengembangkan sikap percaya dan menghindari sifat curiga. Untuk menimbulkan sifat percaya dibutuhkan pengalaman yang terus-menerus dan pengalaman yang sama saat dia memenuhi kebutuhannya. Jika si anak tidak mendapatkan kasih sayang serta kebutuhannya tidak dipenuhi maka akan timbul kecurigaan. Ketercapaian sikap ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan individu. Sikap ini akan menjadi dasar perkembangan kepribadian individu.
- Tahap kedua (usia 2-3), tahap ini anak mempelajari apa yang diharapkan dirinya. Jika si anak diberi kebebasan yang berbatas maka ia akan belajar mandiri. Orang tua hendaknya memberi kepercayaan serta membimbing anak karena jika anak salah mengambil jalan maka akan timbul perasaan bersalah sehingga dia tidak akan percaya dan jadi ragu pada kemampuan dirinya. Sehingga ia akan tumbuh jadi orang yang pemalu dan kurang percaya diri.
- Tahap ketiga (usia 3-6), tahap ini individu akan mampu mengontrol diri dan lingkungannya. Anak mulai memahami perbedaannya dengan orang lain. Karena hal ini, maka akan timbul inisiatif pada diri anak, anak belajar untuk mencapai tujuannya. Anak butuh dorongan untuk melakukan sesuatu dan memenuhi keinginannya dan jika si anak tidak mendapatkan dorongan tersebut maka akan mengalami hambatan dan rasa bersalah. Perasaan ini membuat anak tumbuh menjadi anak nakal.
- Tahap keempat (7-12 atau lebih), tahap ini terjadi pada usia sekolah. Pada tahap ini anak harus memulai pendidikannya serta mempelajari keterampilan sosial yang sesuai dengan tuntutan yang ada di lingkungan masyarakat tempat ia tinggal hingga mereka mulai mempelajari rasa keberhasilan baik itu bidang akademik maupun sosial. Semua orang di sekitar anak-anak tersebut hendaknya mendukung perkembangan mereka pada usia ini.
- Tahap kelima (usia 12-18 atau lebih), tugas yang harus dipenuhi pada tahap ini adalah mencapai identitas diri. Daya penggerak batin dalam membentuk identitas adalah ego dalam aspeknya yang sadar dan tidak sadar. Ego mempunya kapasitas untuk membentuk identitas psikososial seseorang. Pada tahap ini individu dihadapkan pada pembentukan identitas yang akan merasakan penderitaan dimasa lalu sehingga jika individu tidak dapat mengatasinya maka akan tmbul krisis identitas.
- Tahap keenam (usia 20), dalam tahap ini orang dewasa awal siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka mendambakan cinta dan mulai mengembangkan genitalitas seksual yang sesungguhnya. Orang dewasa mulai mampu melinatkan diri dalam hubungan bersama, mereka saling berbagi hidup dengan seorang mitra yang intim. Menurut Erikson cinta adalah pengabdian timbal balik yang mengalahkan antagonisme yang melekat dalam fungsi yang terpecah.
- Tahap ketujuh (usia 20-50) Pada tahap ini krisis psikososial yang dialami adalah gairah hidup lawan kejenuhan. Ciri tahap ini adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan serta pembentukan dan penetapan garis pedoman untuk generasi mendatang. Nilai pemeliharaan berkembang pada tahap ini.
- Tahap kedelapan (usia 50), integritas dilukiskan sebagai sebuah keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda maupun ide serta setelah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan ataupun kegagalan dalam hidup. Sedangkan keputusan merupakan sikap individu yang kurang bisa menyesuaikan dengan perubahan siklus yang terjadi dalam hidup. Kebijaksanaan merupakan nilai yang berkembang dari integritas dan keputusasaan. Kegiatan baik fisik maupun mental menjadi berkurang sehingga kebijaksanaan ini menjaga integritas dan merupakan keprihatinan objektif terhadap kehidupan, dihadapan kematian.
Ø4 Variabel g. Teori Sigmund Freud
Tingkah laku (serentetan kegiyatan manusia), pikiran (tiap perkembangan dalam ide, konsep, dan sebagainya), perasaan (penginderaan yang merupakan fungsi tubuh ubtuk melakukan kontak dengan dunia luar), penis envy (kecemburuan perempuan karena ingin memiliki penis seperti laki-laki), seks (keinginan untuk menyalurkan hasrat dengan lawan jenis), neurotik (gangguan jiwa, misalnya kecemasan yang merupakan keadaaan jiwa terjepit), intsting (keinginan untuk melakukan sesuatu dengan dasar), bibir/mulut, dubur, organ seks, mekanisme pertahanan ego, alam sadar (Apa yang disadari manusia pada saat tertentu, penginderaan langsung, ingatan, pemikiran, fantasi, perasaan yang dimiliki), alam pra-sadar (segala sesuatu yang dapat dengan mudah dipanggil kealam sadar, kenangan-kenangan yang walaupun tidak diingat waktu berpikir, tapi dapat dengan mudah dipanggil lagi).
h. Teori Carl Gustaf Jung
Fantasi (bayangan dari fikiran yang tidak sesuai dengan realita), mimpi (hasil olah alam bawah sadar pada kehidupan yang telah dijalani pada waktu manusia tidur), pengalaman (segala sesuatu yang diperoleh manusia dari lingkungan), arketipe (isi dalam alam bawah sadar), ego dengan identifikasi alam bawah sadar, alam bawah sadar personal (segala sesuatu yang tidak disadari secara langsung, tapi bisa diusahakan untuk disadari), alam bawah sadar kolektif (tumpukan pengalaman kita sebagai spesies, semacam pengetahuan bersama yang dimiliki sejak lahir), bayangan (bagian dari arketipe yaitu seks dan insting), persona (citra diri), libido psike (pertarungan fikiran yang menimbulkan konflik internal), pemikiran, perasaan, tingkah laku, penginderaan (memperoleh informasi melalui kepekaan panca indera), berfikir (menelaah informasi secara rasional dan logis), mengintuisi (pemikiran yang menggunakan hati nurani, jadi bias bersifat irasional/perseptual).
i. Teori Erik Erikson
Prinsip epigenetik (perkembangan berdasarkan tahapan umur manusia), maladaptive (adaptasi keliru), malignasi (selalu curiga), trustmistrust (kepercayaan), tahapan hidup manusia dari remaja sampai dewasa (berupa identitas versus kekaburan peran, keintiman versus keterasingan, generativitas versus kepentingan diri sendiri, integritas versus keputusasaan), anak-kanak, balita, remaja, identitas pribadi (tahap pencapaian remaja dalam tahapannya), identitas ego, pemuda, dewasa, generativitas (keterlibatan dengan dunia dan generasi penerus), stagnasi (tidak berbuat apa-apa), usia senja (orang tua), integritas ego (perbuatan manusia dengan usaha yang dimaksimalkan dan menerima kehidupan), putus asa/kekecewaan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar