1. Definisi
Berfikir adalah
suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Kegiatan Berfikir juga
melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan kehendak manusia. Berfikir
juga berarti berjerih payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami
atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Biasanya
kegiatan Berfikir dimulai ketika muncul keraguan dan pernanyaan untuk
dijawab atau masalah masalah yang memerlukan pemecahan.
Charles S. Pierce mengatakan dalam Berfikir
ada dinamika gerak dari adanya gangguan suatu keraguan. Berfikir adalah
kelangsungan tanggapan-tanggapan ketika subjek Berfikir positif. Plato
beranggapan bahwa Berfikir adalah berbicara dalam hati.
Berfikir
adalah aktivitas ideasional (Wood Worth dan Marquis) dan ada 2 kenyataan: 1) Berfikir
adalah aktivitas, jadi subjek yang Berfikir aktif, 2) aktivitas bersifat
ideasional jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh
kedua hal itu Berfikir menggunakan abstraksi-abstraksi atau “ideas”
Berfikir
logis adaalh proses nalar, menyusun ketahuan yang ada menuju kepada suatu
kesimpulan yang konkrit.
Berfikir
ilmiah adalah serangkaian aktivitas rasio manusia untuk dapat membeda-bedakan
hal yang memang beda (realistis) dan menyamakan hal yang memang sama (objektif)
serta mencari nisbat antara dua hal tersebut untuk mencari kebenaran.
Berfikir
filsafati adalah proses dialektis yang terarah untuk menemukan suatu hakikat
kebenaran yang integral dan universal.
2. Proses Berfikir
a. Menentukan
Pengertian
Untuk
memperoleh pengertian ada bermacam-macam cara, yaitu:
1)
Pengertian yang diperoleh dengan tidak sengaja yang
sering pula disebut pengertian pengalaman. Yang dimaksud pengertian pengalaman
disini ialah pengertian yang pada umumnya diperoleh denga secara tidak sengaja,
diperoleh dengan melalui pengalaman-penagalaman. Misalnya pengertian anak-anak
pada umumnya diperoleh dengan tidak disengaja. Proses memperolehnya merupakan
proses generalisasi yaitu proses memebikin umum kemudian atas perkembangan daya
fikirnya timbul diferensiasi yaitu proses membedakan satu dengan yang lain.
2)
Pengertian yang diperoleh dengan sengaja yaitu,
pengertian yang mememang disengaja diperoleh, kadang-kadang juga disebut
pengertian ilmiah. Pengertian ini dibentuk dengan penuh kesadaran. Prosedur
memperolehnya pun berbeda dengan prosedur dengan tidak disengaja. Prosedurnya
melalui beerapa tingkatan (misalnya untuk mendapatkan pengertian tentang gas)
yaitu :
a)
tingkat menganalisis, pada tingkat/taraf ini orang
mengantarkan analisis terhadap bermacam-macam gas. Masing-masing diselidiki
difat-sifatnya dengan seksama dan dicatat dengan seksama
b)
tingkat mengadakan komparasi, setelah sifat
masing-masing gas didapatkan maka sifat-sifat tersebut dikomparasikan satu
dengan yang lain, dicari sifat-sifat yang umum dan sifat-sifat yang khusus
c)
tingkat mengadakan abstraksi , pada tingkat ini
sifat-sifat yang tidak sama dikesampingkan dan sifat-sifat yang bersamaan dijadikan satu, hingga tiggal sifat-sifat
yang bersamaan saja.
d)
Tingkat kesimpulan, dalam menarik kesimpulan orang
memberikan pengertian atau batasan.
b. Pembentukan
Pendapat
Kegiatan jiwa yang lain
dalam berfikir adalah pembentukan pendapat. Pendapat adalah hasil pekerjaan
fikir meletakkan hubungan antara tanggapan yang satu dengan yang lain, antara
pengertian satu dengan yang lain yang dinyatakan dalam suatu kalimat
1)
Proses pembentukan pendapat
a)
menyadari adanya tanggapan/pengertian karena tidak
mungkin kita membentuk pendapat tanpa pengertian atau tanggapan
b)
menguraikan tanggapan/pengertian misalnya: kepada
seorang anak kita berikan sepotong karton kuning berbentuk persegi empat. Dari
tanggapan yang majemuk itu (sepotong, karton, kuning, persegi, empat) dianalisa
kalau anak tersebut ditanya, apakah yang kamu terima, mungkin jawabanya hanya
“karton kuning”. Karton kuning adalah suatu pendapat.
c)
Menentuakn hubungan logis antara bagian-bagian setelah
sifat-sifat dinalisa, berbagai sifat dipisahkan tinggal dua pengertian saja
yang kemudian satu sama lain dihubungkan. Beerapa pengertian yang dibentuk menjadi
suatu pendapat yang diperhubungan dengan sembarangan tidak akan menghasilkan
suatu hubungan logis dan tidak dapat dinyatakan dalam suatu kalimat yang benar
2)
Macam-macam pendapat
a)
yaitu kalau dalam rangkaian kata-kata terdiri dari dua
pengertian yang dirangkumkan menjadi suatu kalimat. Misalnya rumah itu besar.
b)
Pendapat majemuk, yaitu kalau dalam suatu rangkaian
kata-kata terdiri dari dua pengertian yang dirangkumkan menjadi beberapa
pendapat, misalnya: rumah itu besar dan sekarang akan dibongkar.
c. Penarikan
Kesimpulan
Tujuan dari berfikir
ialah mencari pemecahan masalah yang dihadapi berdasarkan atas data yang ada
maka ditariklah kesimpulan sebagai pendapat yang akhir atas dasar data atau
pendapat-pendapat yang mendahului. Dalam menarik kesimpulan orang dapat dengan
bermacam-macam cara yaitu:
a)
kesimpulan berdasarkan analogi
b)
kesimpulan yang ditarik dengan dasar induktif
c)
kesimpulan yang ditarik atas dasar deduktif, salah satu
caranya adalah dengan silogisme. Dalam silogisme terdapat adanya premis mayor
dan premis minor dan kesimpulan.
3. Fungsi Berfikir
a)Pemecahan Masalah
Dalam mencari
pemecahan permasalahan terhadap suatu masalah itu terdapat kaidah atau aturan
(rules) yang akan membawa seseorang kepada pemecahan maslah tersebut.
Sebenarnya banyak sekali aturan atau kaidan, namun ada 2 hal yang sangat pokok,
yaitu:
1)
Kaidah algoritma. Algoritma merupakan suatu perangkat
aturan dan apabila aturan ini diikuti dengan benar maka akan ada jaminan adanya
pemecahan terhadap masalahnya
2)
Kaidah horistik. Horistik merupakan suatu aturan untuk
menghadapi masalah dengan cara dianalisis atau dipecah-pecah menjadi
masalah-masalah yang lebih kecil, masing-masing mengara kepada pemecahannya
b)
Pengambilan Kesimpulan/Keputusan
1)
Kesimpulan ditarik atas dasar analogi, yaitu kesimpulan
yang ditarik atas dasar adanya kesamaan dari suatu keadaan atau peristiwa
dengan keadaan/peristiwa lain
2)
Kesimpulan ditarik atas dasar cara induktif, yaitu
kesimpulan yang ditarik dari peristiwa khusus menuju ke hal yang bersifat umum
3)
Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara deduktif yaitu
kesimpulan yang bersifat khusus atau peristiwa
c)
Berfikir Kreatif
Dalam masalah berfikir kreatif
(creative thinkiang) orang akan dapat menemukan sesuatu hal baru, yang
sebelumnya mungkin belum pernah ia dapatkan. Dengan berfikir kreatif orang
dapat menciptakan sesuatu hal yang baru tersebut, secara tiba-tiba, ini
berkaitan denga insight.
Dalam berfikir kreatif aga
beberapa tingkatan atau stages sampai seseoran itu memperoleh sesuatu hal yang
baru atau pemecahan masalah. Tingkatan-tingkatan itu ialah:
1)
Persiapan (preparation)
2)
Tingkat inkubasi
3)
Tingkat evaluasi
4)
Tingkat revisi
Orang
yang berpikir kreatif itu mempunyai beberapa macam sifat mengenai pribadinya
yang merupakan original person, yaitu :
1)
Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks
2)
Mempunyao psikodinamika yang kompleks, dan mempunyai
skope pribadi yang luas
3)
Dalam judgmentnya lebih mandiri
4)
Dominan dan lebih besar (more self-assertive)
5)
Menolak suppression sebagai mekanisme kontrol.
4. Perkembangan Berfikir
Kemajuan
dalam kemampuan kognitif dianggap bertahap dan teratur selama masa kanak-kanak,
tetapi Peaget menggambarkan urutan dari empat tahap kualitatif tertentu yaitu:
a)
Tahap Sensorimotor (0-18 bulan)
Teori
Peaget merupakan salah satu pendekatan untuk mengerti bagaimana pengalaman
seorang bayi digabungkan dengan perubahan kematangan. Pada pendekatan teorinya
Jean Peaget selain menekanan kognisi seorang bayi, ia lebih mementingkan
tindakan bayi terhadap benda dibandingkan perhatian, ketidak sesuaian, mendapatkan
kembali memori, dan penciptaan gambaran persepsi yang tidak berhubngan dengan
suatu tindakan.
Selama tahap
sensorimotor Peaget berpendapat bahwa perkembangan kecerdasan terjadi melalui
tahapan-tahapan yang saling berhubungan dimana pengetahuan anak tentang dunia
mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda selama 18-24 bulan pertama yaitu jika
seorang bayi berada dalam perkembangan sensorimotor itu dibedakan atas enam
tingkat perkembangan (Piaget, 1954). Perubahan besar terjadi dalam enam tahap
ini. Seorang bayi maju secara bertahap dari yang baru dilahirkan, yang
melakukan sejumlah refleks otomatis menjadi seorang anak usia 2 tahun yang
mempunyai cara-cara baru untuk memecahkan persoalannya.
Stadium I, merupakan masa
melatih mekanisme-mekanisme reflek yang dibawa sejak lahir, seperti menghisap
dan memegang. Mekanisme-mekanisme reflek tersebut harus: dikonsilidasikan dan
disesuaikan dengan lingkungan, latihan ini merupakan aktivitas rohaniah yang
pertama-tama.
Stadium II, adalah stadium
reaksi-reaksi sirkuler-primer. Sesuai dengan hipotesa “sirculer reaction”
Baldwin, Peaget berpendapat bahwa dengan proses demikian itulah pada bulan yang
kedua telah terbentuk kapasitas-kapasitas (fahigkeiten) serta
kebiasaan-kebiasaan yang pertam, seperti mengisap, memegang, marah dan
sebagainya telah disesuaikan dengan lingkungan yang lebih luas. Ini adalah
aksi-aksi asimilasi psikologik.
Stadium III, adalah
stadium reaksi-reaksi sirkuler sekunder (antara 0,2-0,9). Pada masa ini sedikit
demi sedikit terjadi peralihan dan penerimaan kapasita-kapasita dan
kebiasaan-kebiasaan secara kebetulan ke perbuatan intelegensi yang dilaksanakan
dengan sengaja. Beda aksi inteligensi denga reaksi sirkuler ialah bahwa yang
pertama itu dilakukan dengan penggunaan alat dan tujuan.
Stadium IV, adalah masa
koordinasi skema-skema tingkah laku yang diperoleh dan menggunakannya untuk
situasi-situasi baru. Benda-benda baru dihubungkan dengan cara tingkah laku
yang telah dikenal, dan bersamaan dengan itu terjadi doordinasi dan
diferensiasi tingkah laku.
Stadium V, adalah stadium
reaksi sirkuler tersier, atau masa penemuan skema-skema tingkah laku baru
dengan aktif bereksperimen. Menjelang akhir tahun pertama anak menemukan alat
orisinil untuk disisuaikan dengan situasi-situasi baru.
Stadium VI, merupakan peralihan
dari aksi inteligensi sensorimotor ketanggapan. Melalui semacam eksplorasi
mental dimana mereka membayangkan kejadian-kejadian tertentu dan hasilnya.
Dalam periode dari 18
bulan atau 2 tahun anak itu telah mengubah dirinya dari sebuah organisme yang sama
sekali tergantung pada refleks dan sifat bawaan lainnya menjadi orang yang
mampu berpikir secara simbolik.
b)
Tahap Praoperasional (18 bulan -7 tahun)
Masa ini
adalah masa terbentuknya berfikir simbolik berperaga.peralihan dari perbuatan
sensorimotor ke berfikir sebenarnya terikat kepada fungsi lambing (symbol),
yaitu terikat kepada kemampuan untuk mengganti tindkan atau benda dengan tanda
(= kata, gambar, lambing). Anak-anak ini telah fasih mengguanakan tanggapan
simbolik. Karena pengetahuan bahasa mereka berkembang pesat selama periode ini,
kemampuan untuk menggunakan penggambaran simboleh dalam berpikir, memcahkan
masalah dan permainan kreatif akan lebih dipertinggi lagi dalam tahun-tahun
berikutnya
Cara berpikir
anak dalam tahap praoperasional terbatas dalam beberapa hal yang pentin.
Menurut Piaget karakteristiknya ialah egosentris, anak praoperasional
mempunyai kesulitan untuk membayangkan bagaimana benda-benda itu terlihat dari
perspektif orang lain. Akan tetapi anak telah tahu tentang relasi-relasi serta
koordinasi-koordinasi tertentu, dengan demikian pada masa ini telah ada langkah
yang tetap ke arah internalisasi aktivitas kanak-kanak, hanya belum ada
“reversibilitas” yang sempurna dari tiap struktur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar