Pengobatan Alternatif bagi Pengguna NAPZA
oleh Aprilina Hartanti (Mahasiswa Fak. Psikologi UIN Maliki Malang 2006)
PENDAHULUAN
Dengan sendirinya akan diikuti gencarnya promosi dari perusahaan farmasi tersebut, dengan menggunakan macam-macam dalih yang memeperkuat dukungan untuk menggunakan obat tersebut (maslim, 1997)
Sejak dekade 1960-an banyak remaja yang tergolong usia dewasa muda menderita gangguan penggunaan zat. Mereka menggunaan zat bahan atau obat psikoaktif dalam jumlah berlebihan sebagai respon mereka terhadap masalah-masalah yang tengah mereka hadapi. Hal ini menunjukkan bahwa betapa lemahnya daya tahan remaja terhadap masalah dan juga kurang baiknya manajemen mereka terhadap berbagai masalah.
Selama dekade 1980-1990an banyak sekali perkembangan baru di bidang psikofarmakologi, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari obat-obat yang berpengaruh terhadap fungsi-fungsi mental dan perilaku (psycoactive drugs) yang bisa dipantau dengan banyaknya obat yang masuk obat-obatan golongan tersebut dalam pasaran farmasi Indonesia.
Disamping itu ada kenyataan dalam masyarakat yang menyalahgunakan obat psikotropik untuk kepentingan sendiri (non medical use) yang menyertai masalah sosial, seperti tindakan kriminal dan kenakalan remaja, menyebabkan ada pandangan yang mengkhawatirkan manfaat kehadiran obat psikotropik dan menimbulkan citra buruk dari obat tersebut serta kondisi/keadaan para remaja pengguna narkoba, sedangkan kita tahu bahwasannya mereka adalah yang akan memegang dan mengendalikan bangsa ini kedepannya, jika kondisi dan keadaan mereka seperti itu apakah mungkin kita para orang tua/generasi tua menyerahkan dengan tenang negara ini kepada mereka? Dari sinilah akhirnya muncul berbagai macam upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, mulai dari usaha preventif seperti mengadakan penyuluhan-penyuluhan untuk remaja, seminar-seminar kesehatan, sampai pada upaya penanggulangannya, misalnya saja dengan rehabilitasi atau yang tengah umum dan marak saat ini adalah dengan berbagai cara alternatif yang sangat bermacam-macam.
PROBLEM YANG DIKEDEPANKAN
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan dalam pendahuluan, di mana permasalahan manusia yang saat ini sangat kompleks kita rasakan yang dapat mengarahkan mereka ke arah yang salah dengan mereka lari kepada obat-obat penenang yang mengandung zat adiktif atau yang lebih akrab kita sebut obat-obatan terlarang. Masalah yang umum adalah narkoba dikonsumsi tidak hanya oleh kelompok-kelompok tertentu, hampir semua kelompok atau kalangan sangat mungkin untuk mengkonsumsi narkoba baik itu dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa atau pun oang tua sekalipun. Namun, di sini kita lebih menspesifikkan/mengedepankan pada tataran remaja di mana kita tahu bahwa pada saat usia remaja ini adalah masa transisi dan rentan berbagai masalah. Remaja belum sepenuhnya mandiri namun juga sudah tidak terlalu bergantung kepada orang lain. Sehingga segala permasalahan yang dihadapi mereka berusaha untuk menghadapi sendiri dan jika diperlukan mereka mengkomunikasikannya dan meminta solusi pada orang lain. Apabila seorang remaja bisa memanajemen segala permasalahan dan memanajemen dirinya maka dia aman. Akan tetapi, untuk saat ini tidak sedikit remaja yang bisa memanajem dirinya sehingga permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi tidak dapat mereka selesaikan dengan baik, dan solusi terakhir/pelarian terakhir mereka biasanya adalah obat penenang yang berlebihan atau narkoba. Dari sini, dapat diketahui bahwa tidak sedikit pula remaja yang mengkonsumsi nerkoba sampai akhirnya muncul berbagai upaya untuk mengurangi jumlah remaja yang mengkonsumsi zat adiktif tersebut, dan itu sangat tidak mudah, dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak. Beberapa upaya pengurangannya adalah melalui rehabilitasi, dan berbagai alternatif-alternatif seperti terapi dan sebagainya.
DEFINISI OPERASIONAL YANG DIGUNAKAN
Pengobatan alternatif: pengobatan yang dilakukan secara non medis atau pengobatan cadangan yang dilakukan setelah melakukan pengobatan secara medis.
Pengguna Zat Adiktif: orang-orang yang biasa mengkonsumsi zat-zat adiktif/penenang dan segala macamnya yang bisa menimbulkan ketergantungan dalam dosis yang melebihi ketentuan. Zat adiktif bisa berupa obat-obatan terlarang seperti narkoba, extacy dan macam-macamnya.
KAJIAN TEORI
PENYAKIT JIWA, NEUROTRANSMITTER DAN PENGGUNAAN OBAT-OBAT PSIKOTROPIK
Psikofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari efek obat pada perilaku manusia dan bagaimana efek itu terjadi melalui perubahan aktifitas neural (saraf). Psikofarmakologi mempelajari obat-obatan khusus yang dinamakan obat psikotropik, obat yang memiliki efek pada otak dan memiliki dampak terapeotik langsung pada mental.
Menurut OIson (1993) Penyakit atau gangguan jiwa adalah penyakit neorotrasmisi atau penyaluran listrik-kimiawi-listrik antar neuron. Ia membedakannya ke dalam dua kelompok berdasarkan peristiwa yang menyebabkannya.pertama, karena terlalu banyak neurotransmisi. Kedua, terlalu sedikit neurotransmisi. Penyakit atau gangguan jiwa karena terlalu banyaknya neurotansmisi dapat disebabkan oleh dua hal: pertama, neuron terlalu mudah terangsang (Hyperexcitable). Kedua, terlalu banyaknya neurotransmitter pada reseptor pasca sinaps.
Sedangkan yang membedakan antara obat psikotropika dengan narkotika adalah; obat psikotropika adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat dan mempunyai efek utama terhadap aktifitas mental dan perilaku. Obat psikotropika biasanya digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik. Obat narkotika adalah obat yang bekerja secara selektifpada susunan saraf pusat dan mempunyai efek utama terhadap penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri.obat narkotika biasanya digunakan untuk analgesic (anti rasa sakit), antitusif (mengurangi batuk), antipasmodik (mengurangi rasa mulas dan mual) dan pramedikasi anestesi dalam praktek kedokteran (Maslim, 1999).
Beberapa hal yang mungkin terjadi yang berkaitan dengan penggunaan obat psikotropika yang diberikan oleh dokter:
· Adakalanya pasien mengurangidosis yang dianjurkan dengan alas an tergangguoleh rasa kantuk yang disebabkan oleh obat. Beberapa pasien lain menganggap bahwa hanya dengan sekali minum obat mereka akan sembuh, inilah yang menyebabkan obat yang diberikan oleh dokter menjadi sia-sia.
· Pemberian obat psikotropika haruslah sesuai dengan dosistertentu dan memperhatikan efek samping yang mingkin terjadi. Bila suatu obat tidak cocok,pasien perlu kembali ke dokter yang sama untuk mendapatkan penjelasan mengenai obat tersebut.
· Beberapa pasien dan keluarga sangat percaya pada obat sehingga melupakan atau melalaikan psikoterapi. Yang perlu diingat adalah bahwa tujuan dari pemberian obat psikotropika ialah menghilangkan atau mengurangi gejala sasaran bukan menyembuhkan.
· Beberapa pasien lain tidak berani mengkonsumsi obat psikotropika karena takut ketergantungan. Pasien-pasien ini selalu menghindar dari psikiater bahkan memilih untuk mengambil pengobatan alternatif.
PENGELOMPOKAN OBAT PSIKOTROPIK
Menurut Maramis, obat psikotropik dikelompokkan menjadi 4 kelompok:
1. Penenang (tranquilizer), kelompok obat ini mempunyai efek anti cemas, anti tegang dan anti agitasi.
2. Neuroletik (melumpuhkan saraf), memiliki efek anti Schizophrenia, anti Psicosa, dan juga anti cemas, anti tegang dan anti agitasi.
3. Anti depresan. Terdiridari dua kelompok; kelompok timoleptika dan thimerelika. Kelompok pertama menurunkan depresi dan juga menimbulkan efek anti cemas, anti tegang dan anti agitasi. Kelompok kedua mengurangi depresi dan mengaktifasi dan menghilangkan hambatan.
4. Psikomimetika (meniru psikosis). Efek yang ditimbulkan adalah gejala psikotik yang refleksibel.
EFEK SAMPING OBAT PSIKOTROPIKA
Efek samping obat psikotropika bermacam-macam, antara lain terjadinya hipotensi ortostatik yakni tekanan darah turun ketika seseorang dalam posisi berdiri. Ada juga efek samping berupa gejala neorologik, seperti gemetar, gejala penyakit Parkinson, gangguan pengendalian gerakan antara lain; pada gerakan mata, lidah (sering keluar tidak terkendali), sukar menelan.
Efek samping lain adalah adalah gangguan autinimik, fegetatif atau hormonal, seperti mengantuk, lelah, mulut kering detak jantung menjadi cepat, sukar buang air kecil dan buang air besar, gangguan menstruasi, perasaan ambuk, penurunan potensi seks. Ada juga efek samping berupa gangguan psikiatrik, misalnya menjadi hipomanik (gembira berlebihan), atau terlihatnya sindroma otak organik akut.
OBAT YANG DISALAH GUNAKAN
Obat yang disalah gunakan umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok besar: (1) depresan seperti alkohol dan opioid; (2) Stimulan, seperti amfetamin dan kokain; (3) Hlusinogen.
Depresan (depressant) adalah obat yang menghambat atau mengekang aktifitas system saraf pusat. Obat tersebut mengurangi perasaan tegang dan cemas, menyebabkan gerakan kita menjadi lebih lambat dan merusak proses kognitif kita. Dalam dosis tinggi, depresan dapat menahan fungsi vital dan menyebabkan kematian. Depresan yang palin umum digunakan adalah alkohol. Alkohol, dapat menyebabkan kematian biladikonsumsi dalam jumlah besar karena efeknya menekan respirasi (pernafasan). Efek lainnya spesifik, tergantung pada jenis depresan tertentu.
Opioid adalah narkotik, istilah yang digunakan untuk obat adiktif yang memiliki kemampuan melepasakan rasa sakit dan menyebabkan tidur. Heroin adalah opiat yang paling luas digunakan, merupakan depresan yang kuat yang dapat menciptakan euphoria yang cepat. Pengguna heroinmenyatakan bahwa heroin sangat nikmat sehingga dapat menghilangkan segala pikiran tentang makanan atau seks. Heroin biasanya digunakan secara langsung di bawah kulit (skin popping) atau pada vena (mainling). Dampak positif langsung terjadi. Ada aliran cepat yang berlangsung selama 5 hingga 15 menit serta kondisi kepuasan, euphoria dan bahagia yang berlangsung selama 3 hingga 5 jam. Dalam kondisi ini, semua doronngan positif tampak terpuaskan. Semua perasaan negatif seperti rasa bersalah, tegang dan kecemasan menghilang.dengan penggunaan yang panjang, dapat berkembang menjadi adiksi.
Stimulan seperti amfetamin dan kokain adalah zat psikoaktif yang meningkatkan aktivitas system saraf. Efeknya agak berbeda antara obat yang satu dengan obat lainnya, namun sejumlah stimulant menyebabkan perasaan euphoria dan self-confidence. Stimulant seperti amfetamin, kokain dan bahkan kafein meningkatkan tersedianya neurotransmitter norepinefrina dan dopamine pada otak. Dengan demikian neurotransmitter ini tetap tersedia dalam level yang tinggi dalam simpul sinaptik antara neuron-neuron, menjaga aktifitas system saraf tetap tinggi dan kondisi keterangsangan tinggi.
Ekstasi adalah obat terlarang yang keras, tiruan murahan yang struktur kimianya mirip dengan amfetamin. Ekstasi menghasilkan euphoria ringan dan halusinasi dan terus bertambah penggunanya di kalangan anak muda. Obat tersebut dapat menimbulkan efek psikologis yang merugikan, termasuk depresi, kecemasan, insomnia dan bahkan paranoia dan psikosis. Obat tersebut juga dapat merusak fungsi kognitif, termasuk kemampuan belajar dan perhatian dan dapat memiliki efek jangka panjang terhadap memori.obat tersebut juga dapat mengurangi tingkat serotonin dalam otak, sebuah neurotransmitter yang berhubungan dengan pengaturan mood dan selera makan. Hal ini menjelaskan mengapa pengguna obat dapat mengalami perasaan depresi saat mereka berhenti menkonsumsi obat. (extacy use, 2000). Efek samping fisik termasuk detak jantung dan tekanan darah berhenti mengjkonsumsi, rahang yang tegang atau gemeletuk dan tubuh yang panas dan/atau dingin.(Braun, 2001). Obat ini dapat mematikan saat dikonsumsi dalam dosis tinggi (Kuhn & Wilson, 2001).
Halusinogen merupakan golongan obat yang menghasilkan distorsisensori atau halusinasi, termasuk perubahan besar dalam persepsi warna dan pendengaran. Halusinogen dapat juga memiliki efek tambahan seperti relaksasi dan euphoria, atau pada beberapa kasus, panik.
Halusinogen termasuk obat seperti Lysergic acid Diethylamide (LSD), Psilocybin, dan meskalin. Zat psikoaktif yang mirip dampaknya dengan obat psychedelic adalah mariyuana (cannabis, ganja) dan Phencyclidine (PCP).
LSD adalah obat halusinogen sintetis. Sebagai tambahan terhadap munculnya parade warna yang terang dan distorsi visual yang dihasilkan LSD, pengguna menyatakan LSD “memperluas kesadaran” dan membuka pintu dunia baru-seolah mereka mendapat wawasan yang luar biasa selama “perjalanan” LSD, namun saat pengalamn tersebut memudar mereka biasanya tidak dapat meneruskannya atau bahkan mengingat kembali penemuan-penemuan yang mereka dapat.
PCP, dikembangka sebagai anastetik pada tahun 1950-an namun tidak diteruskan karena ditemukan efek samping halusinasi obat. Bentuk PCP yang dapat dihisap menjadi populer sebagai obat jalanan. Efek PCP, seperti kebanyakan obat, berhubungan dengan dosis. Disamping menyebabkan halusinasi, PCP juga mempercepat detak jantung dan tekanan darah dan menyebabkan keringat berlebih, merona, dan mati rasa. PCP digolongkan sebagai delirian-obat yang mampu menciptakan kondisi delirium. Obat tersebut juga memiliki dampak disosiatif, menyebabkan pengguna merasa dialami sebagai hal yang menyenangkan, mengikat, dan menakutkan, tergantung bayangan pengguan, mood, situasi dan sebagainya. Over dosis dapat meningkatkan rasa kantuk dan tatapan kosong, kejang dan pada saat tertentu, koma; paranoia dan perilaku agresif; dan kecelakaan tragis yang dihasilkan dari distorsi persepsi atau hendaya pada daya nilai selama masa intoksikasi.
Mariana, terkadang menghasilkan halusinasi ringan, sehingga dianggap sebagai halusinogen minor.
Neurotransmitter. Obat seperti nikotin, alcohol, amfetamin, heroin, kokain, danbahkan mariyuana menghasilkan dampak menyenangkandengan meningkatkan konsentrasidopamin dalam sirkuit kenikmatanatau :reward” pada otak-jaringan neuron yang berkontribusi pada perasaan nikmat yang kita alami dari stimulasi seksual, atau menang perlombaan olahraga, atau menikmati makanan penutup yang lezat. Perasaan nikmat yang berasal dari penggunaan obat berkisar dari kebahagiaan ringan hingga euphoria.
Penyalahgunaan Obat ditinjau dari Sudut Pandang
1. Sudut pandang sosiokultural
Menekankan pentingnya peran kelompok orang tua serta media dalam menentukan perilaku yang dapat diterima dan tidak. Antara lain bagaimana contoh yang diberikan keluarga berperan dalam pembentukan penyalahgunaan obat. Penting juga untuk diperhatikan adalah ketersediaan obat di lingkungan. Jika banyak obat diperjual belikan akan menimbulkan kecenderungan kearah penyalahgunaannya.
2. Sudut Pandang Psikologis
Salah satu motif utama penggunaan obat adalah unuk meningkatkan mood. Sehingga zat bernilai positif karena meningkatkan mood positif dan mengurangi mood negatif, dan mengurangi stres serta ketegangan. Faktor psikologis lainnya yang juga berperan adalah tingkat kepercayaa seseorang bahwa obat berbahaya dan persepsi prevalensi penggunaan obat oleh orang lain. Terdapat beberapa trait kepribadian yang mungkin berpengaruh pada penyalahgunaan obat, anatara lain tingginya afek negatif, keinginan yang besar untuk mencari ketegangan dan meningkatkan mood positif, pemberontakan dan agresifitas yang tinggi.
3. Sudut pandang biologis
Kebanyakan riset faktor biologis adalah dalam rangka menemukan kemungkinan diturunkannya secara genetis predisposisi untuk mengalami masalah yang berhubungan dengan obat.
Penanganan (treatment)
Menurut Davison & Neale, para ahli sependapat bahwa hal utama yang penting dalam menangani pasien yang menyalahgunakan obat adalah melalui detoksifikasi dan penghentian penggunaan obat sama sekali. Beberapa metode pendekatan juga digunakan untuk menangani pasien semacam ini antara lain:
Pertama, secara biologis yakni berupa pemberian zat-zat pengganti yang dapat menggantikan zat yang dipakai sebelumnya. Misalnya pemberian methadone untuk menggantikan heroin.
Selain itu juga melalu peran masyarakat. Adapun solusi alternatif yang dapat dilakukan oleh masyarakat (Non-pemerintah) dalam mengatasi masalah narkoba ini, adalah dengan menggunakan beberapa pendekatan yang diterapkan kepada mereka, baik yang belum ataupun yang sudah terjerat belitan narkoba. Beberapa pendekatan yang penulis maksud adalah sebagai berikut:
Pertama, pendekatan agama (religius). Melalui pendekatan ini, mereka yang masih ‘bersih’ dari dunia narkoba, senantiasa ditanamkan ajaran agama yang mereka anut. Agama apa pun, tidak ada yang menghendaki pemeluknya untuk merusak dirinya, masa depannya, serta kehidupannya. Setiap agama mengajarkan pemeluknya untuk menegakkan kebaikan, menghindari kerusakan, baik pada dirinya, keluarganya, maupun lingkungan sekitarnya. Sedangkan bagi mereka yang sudah terlanjur masuk dalam kubangan narkoba, hendaknya diingatkan kembali nilai-nilai yang terkandung di dalam ajaran agama yang mereka yakini. Dengan jalan demikian, diharapkan ajaran agama yang pernah tertanam dalam benak mereka mampu menggugah jiwa mereka untuk kembali ke jalan yang benar.
Berikutnya, pendekatan sosial. Baik bagi mereka yang belum, maupun yang sudah masuk dalam ‘sisi kelam’ narkoba, melalui pendekatan ini disadarkan bahwa mereka merupakan bagian penting dalam keluarga dan lingkungannya. Dengan penanaman sikap seperti ini, maka mereka merasa bahwa kehadiran mereka di tengah keluarga dan masyarakat memiliki arti penting. Dengan beberapa pendekatan di atas, diharapkan mampu menggerakkan hati para remaja dan generasi mudayang masih ‘suci’ dari kelamnya dunia narkoba untuk tidak larut dalam trend pergaulan yang menyesatkan. Dan bagi mereka yang sudah tercebur ke dalam ‘kubangan’ dunia narkoba, melalui beberapa pendekatan tersebut, diharapkan dapat kembali sadar akan arti penting kehidupan ini, yang amat sayang jika digadaikan dengan kesenangan yang nisbi.
Pendekatan psikologis. Dengan pendekatan ini, mereka yang belum terjamah ‘kenikmatan semu’ narkoba, diberikan nasihat dari ‘hati ke hati’ oleh orang-orang yang dekat dengannya, sesuai dengan karakter kepribadian mereka. Langkah persuasif melalui pendekatan psikologis ini diharapkan mampu menanamkan kesadarandari dalam hati mereka untuk menjauhi dunia narkoba. Adapun bagi mereka yang telah larut dalam ‘kehidupan gelap’ narkoba, melalui pendekatan ini dapat diketahui, apakah mereka masuk dalam kategori pribadi yang ekstrovert (terbuka), introvert (tertutup), atau sensitif. Dengan mengetahui latar belakang kepribadian mereka, maka pendekatan ini diharapkan mampu mengembalikan mereka pada kehidupan nyata,
Melalui terapi kelompok dan penanganan kognitif untuk mengajarkan bagaimana menghindari tempat yang beresiko tinggi menimbulkan kembali keinginan untuk menggunakan obat, mengetahui efek buruk obat dan mencari alternatif lain selain menggunakan obat. Interfensi psikologis biasanya dikombinasikan dengan pengobatan secara biologis
menyusun kembali kepingan perjalanan hidup yang sebelumnya berserakan, sehingga menjadi utuh kembali.
Pengobatan alternatif lain yakni bisa juga dengan bekam. Yaitu merupakan suatu teknik detoksifikasi (pengeluaran racun dalam tubuh) yang efektif menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit dari yang ringan hingga berat sekalipun dengan menghilangkan sumber penyakitnya, bukan gejalanya saja, tanpa memiliki akibat sampingan. Jadi, darah yang telah terinfeksi narkoba didetiksifikasi dengan cara dibekam.
ANALISIS
Berdasarkan cara yang dipaparkan di atas terkait dengan masalah/bagaimana menangani orang yang telah kecanduan narkoba dan hendak menghentikannya. Yakni melalui rehabilitasi di mana dalam rehabilitasi mencakup banyak hal yakni berbagai macam terapi. Dapat juga melalui pendekatan agama, sosial, psikologisnya. Berikutnya juga bisa dengan tekhnik bekam, yakni detoksifikasi darah. Darah yang tercampur dengan narkoba didetoksifikasi. Yang mungkin menarik di sini adalah alternatif pengobatan dengan berbagai cara pendekatan yang sesungguhnya menjadi satu kesatuan yakni pendekatan agama, sosial, psikologi, dan yang menarik berikutnya adalah bekam. Dalam islam sendiri bekam termasuk alternatif pengobatan yang islami.
TEMUAN-TEMUAN BARU HASIL ANALISIS
Salah satu pasien Mas Eko yang bekam karena diabetes mempunyai anak yang kecanduan narkoba . Sampai terjadi sakauw. Karena keinginan anak yang kuat untuk sembuh dari narkoba, setiap senin Mas Eko melakukan bekam pada anak tsb untuk mengeluarkan RACUN NARKOBA DALAM DARAH . Alhamdullillah setelah 6 kali bekam setiap senin , anak tsb tidak sakauw lagi dan dalam proses penyembuhan.
REKOMENDASI
Dalam mengatasi salah satu permasalahan yang terjadi di Indonesia, negara kita ini maka kita perlu kerja sama yang betul dengan berbagai pihak. Artinya di sini adalah bahwasannya, dari beberapa alternatif di atas dikolaborasikan menjadi sebuah metode alternatif yang lebih praktis.
DAFTAR PUSTAKA
¨ Ardani A.T dkk. 2007, Psikologi Klinis. Yogyakarta, Graha Ilmu
¨ Maslim, R. 1999. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta
¨ Maramis. 1994. Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta
¨ Markam , S. S. I. S.2003. Pengantar Psikologi Klinis. Universitas Indonesia Press
¨ Yapkiehien. 1986. Kuliah Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: Fakultas Psikologi UI
¨ Fausiah. F & Widury .J. 2007. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: Fakultas Psikologi UI
¨ oleh MUKJIZAT BEKAM di 21:21 0 komentar. Label: bekam narkoba, pengobatan alternatif narkoba
: narkoba, obat terlarang, statistik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar