Oleh:
Meirina
Ramdhani
|
(05410060)
|
Aminah
Permata Ummu
|
(05410066)
|
Ratna
Husniyah Huda
|
(05410070)
|
Dewi
Mar’atul aslamiyah
|
(05410076)
|
Devi
Dwi Irawati
|
(05410095)
|
Acsan
Suseno
|
(05410100)
|
Sadid
Al Muqim
|
(05410065)
|
Bismillahirrohmanirrohim.
Dunia teknologi tidak pernah berhenti dan
menemui kepuasan untuk berlanjut menciptakan sensasi baru, terutama di bidang
lokomotif. Hal ini pun didukung minat konsumen kelas menengah ke atas untuk
terus mengkonsumsinya, sehingga tidak heran jika kepemilikannya dapat terbilang
tertier (sangat mewah). Lalu bagaimana dengan masyarakat menengah kebawah?
Semakin banyak stok lokomotif kendaraan
bermotor, termasuk mobil dan dan sepeda motor dengan desain selalu baru, yang
kemudian didistribusikan pada konsumen, maka ketertarikan untuk membeli juga
semakin besar. Hal ini, secara otomatis, akan memberi dampak besar pada
distribusi bahan bakar sebagai konsekuensi pengimbang meluasnya kepemilikan
kendaraan bermotor, baik secara pribadi, industri atau pemerintahan.
Seperti yang telah diungkap oleh media Jawa
Pos, edisi 21 Desember 2007 dan media TEMPO Interaktif, edisi 06 November 2007,
juga ikut bersuara tentang Konsumsi Premium yang diprediksi naik sebesar 6 persen.
Direktur Utama PT PERTAMINA (PERSERO) Ari
Sumarno mengatakan, bahwa konsumsi bahan bakar minyak jenis premium meningkat
dari kuota sekitar 16 juta kiloliter. "Kemungkinan naik 6 persen dari
kuota," kata Ari di sela-sela acara International Investment Summit,
Responding To The Energy Challenges, di Jakarta Convention Center.