Review Film
HIDE and SEEK
Dosen pembimbing: Tristiadi Ardi Ardani, M.Si
Oleh :
Sadid Al Muqim (05410065)
bab i
pengantar dan sinopsis
pengantar
Bismillahirrahmanirrahim. Ribuan puji kami sembahkan kepada Allah SWT. yang menciptakan akal untuk berpikir dan hati untuk merasa. Lantunan sholawat kami berikan kepada junjungan nabi agung Muhammad SAW. revolusionis dunia dengan ilmu pengetahuan.
Sinopsis
Review Psikomovie “Hide and Seek”
Twentieth Century Fox kembali mengeluarkan film berkelas dunia, diproduksi oleh Josephson Entertaiment, perusahaan film besar ini mengeluarkan HIDE and SEEK dengan aktor besar Robert Deniro sebagai Dr. David Callaway dan Dakota Fanning sebagai Emily Callaway, anak perempuan Dr. David Callaway.
First day of the new years, New York City , hari pertama tahun baru di kota New York , seorang anak bernama Emily Callaway (Dakota Fanning) gembira bermain dengan ibunya di taman kota , sang ayah datang dengan wajah ikut gembira bergabung dengan mereka, namun tampaknya kehadirannya tampak tidak diharapkan oleh keduanya, kasihan.
Malam harinya, si Ibu mendatangi Emily untuk mengucapkan selamat istirahat ke anaknya, karena hanya dialah yang paling dia cinta, didunia, namun kemudian si Ibu seakan mengucapkan salam terakhir, dikehidupannya. Pukul 02.06 pagi, si Ayah (Robert Deniro sebagai Dr. David Callaway) terjaga dari tidurnya, terkaget, dia menuju kamar mandi, merasa keadaan yang janggal, si ayah semakin penasaran, ia membuka pintu bak mandi dan mendapati si istri, Alison (Amy Irving) sudah tidak bernyawa lagi, keadaan menjadi terbalik, terlebih Emily sudah berada di belakang si ayah menyaksikan keadaan si ibu.
New York City Children’s Hospital, rumah sakit anak-anak kota New York , keadaan Emily semakin buruk, dia tertekan karena ditinggal oleh ibunya. Psikiater (Stewart Summers) yang menangani Emily begitu memperhatikannya, sehingga dia berusaha bersama ayahnya untuk mengembalikannya seperti semula. Akhirnya Emily dibawanya kepedalaman, hidup bersama ayahnya. Namun hal tersebut tidak langsung membawa Emily kembali bahagia, gambaran kematian ibunya yang dia anggap bunuh diri masih terngiang.
Esok setelah pindahan, aktifitas pun dimulai, si ayah ‘terlihat’ memulai dengan tulisan dan musiknya, dan Emily besama Alice, bonekanya, berjalan menulusuri hutan, ia mendapati sebuah gua dan menyaksikan sesosok keluar dari dalamnya, Charlie. Begitu senangnya dia dengan Charlie, sehingga Emily membuang Alice , seolah tidak membutuhkan lagi. Disisi lain, si ayah ingin mengajaknya ke luar rumah, jalan-jalan untuk mengganti suasana, namun dibalik pintu telah ada Laura (Melisa Leo), tetangga sebelah yang menawarkan perkenalan sekaligus memberi sesuatu untuk mempereratnya, setelah itu berangkatlah mereka. Ditengah perjalanan, si ayah bertemu dengan Elizabeth (Elisabeth Shue), ia sedang menunggu seorang anak bermain, perkelan pun terjadi.
Malam harinya, si ayah mendatangi kamar Emily, ingin mengucapkan selamat tidur padanya, tapi si ayah terkaget karena Alice (boneka Emilya) tidak lagi bersama dengan dirinya, akhirnya terjadilah dialog, dan Emily dengan gembira bahwa dirinya telah mendapat teman baru bernama Charlie, tapi Emily belum mau untuk memperkenalkannya pada ayahnya.
Si ayah merasa kawatir dengan keadaan yang semakin aneh, menurutnya ia telah mendapati Emily mempunyai teman hayalan akibat trauma, sehingga ia menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Si ayah akhirnya menghubungi kembali Psikiater (Stewart Summers) untuk meminta pendapat, ia berpendapat untuk menghabiskan waktunya bersama Emily. Si ayah mempunyai inisiatif untuk mengajak Emily memancing di danau disebelah rumah barunya. Emily sedikit terlihat gembira.
Malam harinya, pukul 02.06, si ayah kembali terbangun, ia merasakan kembali hal aneh, si ayah bergegas menuju kamar mandi, suasana yang mencekam, si ayah membuka tirai bak mandi dan mendapati tulisan didinding nya, “YOU LET HER DIE”, kau membiarkannya mati, si ayah terkaget dan bersamaan itu pula Emily telah berada dibelakangnya, si ayah menanyai apakah Emily yang melakukannya, dan kenapa, tapi Emily hanya menjawab “Charlie yang melakukannya”.
Keesokan harinya, si Ayah mengundang Elizabeth dan kemenakannya, Amy, untuk diperkenalkan pada Emily, namun keadaan berbalik, Amy menjadi ketakutan melihat keadaan Emily, ia bergegas pulang bersama bibinya,. Emily tidak membutuhkan teman lagi.
Keesokan harinya Emily bemain diluar rumah, ditemani oleh Steven, suami Laura tetangganya, senyumpun kembali terlihat karena Steven begitu menyayanginya pula, namun sayangnya tindakannya itu tidak disetujui oleh ayahnya. Si ayah mencoba kembali untuk mengajak Emily dialog, tentang teman barunya, Charlie, tapi Emily tetap terdiam dan seakan semakin menikmati keadaanya, tapi juga semakin aneh. Elizabeth datang kembali untuk melihat keadaan Emily, tapi tetap saja Emily tidak menerimanya, juga beberapa pemberiannya, karena Charlie.
Malam selanjutnya, pukul 02.06, si ayah kembali terjaga dari tidurnya, perasaan yang sama kembali muncul, si ayah menuju kekamar mandi, membuka tirai, “now look what you’ve done” menjadi sajian awal, ia menemukan mayat kucing piaraannya. Si ayah bergegas menuju kamar Emily untuk mengintrogasinya, tapi Emily tetap bicara, “Charlie yang melakukannya”. Si ayah ketakutan dan segera mengurungnya di kamar, walau Emily berusaha telah berusaha meyakinkannya. Si ayah berulang kali mencoba berinteraksi pada Emily, tapi tetap tidak bisa. Akhirnya Emily membawanya ke kamarnya, dan memperlihatkan gambarnya tentang Charlie.
Esok harinya, si psikiater datang mengunjunginya, namun dialog pun tetap pasif adanya, Emily tidak memberitahukan siapa Charlie, Emily hanya berkata bahwa dia senang bermain dengannya, bermain petak umpet (hide n seek). Si psikiater mempunyai pendapat agar membawa Emily ke kliniknya aga dapat dievaluasi lebih lanjut lagi, tapi si ayah ingin mencobanya 2 minggu lagi.
Disisi lain, Laura dan Steven, tetangga Emily dan ayahnya, ternyata mengalami hal yang tragis, anak perempuannya meninggal beberapa saat yang lalu, itulah sebabnya kenapa mereka sangat sayang pada Emily, karena Emily mirip sekali dengan anaknya.
Malam harinya, si ayah terbangun karena polisi setempat yang datang, ia memberi pertanyaan pada si ayah tentang Elizabeth yang telah hilang, tapi si ayah tidak bisa memberi informasi lebih, polisi itupun pergi dan tetap meminta pertolongan jika ada informasi lebih lanjut. Berselang waktu sejenak, Emily menangis ketakutan, si ayah datang untuk mencoba untuk mengetahui apa yang terjadi, tapi Emily tetap menangis dengan menunjukkan jamnya, pukul 02.06, si ayah bergegas menuju kamar mandi, seolah tahu apa yang akan terjadi. Si ayah terkaget melihat tulisan ditirai bak mandi, “CAN YOU SEE NOW”, kemudian dia membukanya, terlihat mayat Elizabeth, si ayah lalu mengurung Emily kembali dalam kamarnya, dan si ayah mencoba mencari Charlie diluar rumah, mungkin dia belum jauh.
bab ii
identifikasi masalah dan analisa kasus
identifikasi masalah
Setelah sejenak menyimak film EKSKUL dan Joshua sebagai peran utama juga sekaligus peran remaja, penulis menemukan beberapa kesimpulan problematika yang dialami oleh pelaku, yaitu;
1. Pribadi introvert yang dimiliki pelaku, sehingga sering me-repres perasaan dan keinginan sebagai kebutuhannya.
2. Hubungan sosial remaja yang kurang harmonis, terutama dengan orang tua yang biasa kasar, agresif verbal atau non verbal, sehingga terjadi gap.
3. Hubungan sosial remaja bersama teman sebaya-nya yang tidak terjalin bagus, sehingga beberapa teman memperlakukannya dengan keras.
4. Evek dengar, membuat pelaku seolah mempunyai dua kepribadia (split personality).
5. Dari beberapa konflik dan tekanan yang dirasakan pelaku, sehingga membuat aktualisasi dirinya seolah nekat dan cenderung agresif.
analisa kasus
Status remaja baru diakui pada sekitar akhir abad 19 atau awal abad 20, karena faktor masyarakat yang semakin berubah. Masa remaja berjalan antara sekitar umur 12 hingga 18 tahun.
Salah satu Teori perkembangan yang ditawarkan Urie Bronfenbrenner adalah teori Ekologi dengan lima sistem lingkungan (mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem dan kronosistem). Dalam hal ini sistem yang paling penting adalah mikrosistem atau microsystem, yakni setting dimana individu hidup. Konteks ini meliputi keluarga, teman sebaya, sekolah dan lingkungan. Dalam sistem inilah individu melakukan interaksi langsung dengan agen-agen sosial (orang tua, teman sebaya, guru dan agen sosial lainnya).Dilanjutkan mesosistem juga tidak kalah pentingnya, yaitu hubungan antara beberapa konteks.
Seperti yang dirasakan oleh Joshua. Gap yang terjadi antara dirinya dengan agen sosial dalam lingkup yang kecil, membuat dirinya sering diperlakukan secara tidak layak. Gap tersebut tecipta seiring perkembangan pengalaman, input ataupun bentuk imitasi yang dia terima, baik berupa pergaulan, pemecahan masalah, perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealisme dan penalaran, perubahan social yang terfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan pada orangtua, harapan yang dilanggar oleh orang tua dan remaja atau bahkan hanya sekedar penampilan saja, sehingga terproyeksikan pada prilaku sehari-hari. Ditambah lagi beberapa peran yang di sandang oleh pelaku.
Dari sisi lain, kasuistik ini (tentang Joshua) juga dapat dipandang dari pendekatan behavioristik, dimana dari sekian stimulus yang dia terima mengakibatkan repres (sikap menimbun perasaan dan menahannya dalam alam bawah sadar) yang kemudian dapat menimbulkan respon secara besar dan cenderung negatif, akibatnya proses aktualisasi diri sering kali dinilai agresif, baik itu verbal atau non verbal. Kebenaran yang hanya benar menurut dia berujung pada kesalahan yang impulsif, karena banyaknya pemikiran abstrak yang digunakan.
Masa remaja lebih dipandang sebagai masa pengambilan keputusan dan komitmen dari masa krisis dan pathologi. Kenakalan remaja mengacu perilaku yang tidak diterima secara sosial ke pelanggaran status hingga tindakan-tindakan kriminal. Faktor yang mendorong kenakalan meliputi identitas negatif, derajat pengendalian yang rendah, harapan yang rendah pada pendidikan dan komitmen yang rendah terhadap pendidikan, kuatnya pengaruh teman sebaya, kegagalan orang tua memantau anak renaja mereka secara memadai, disiplin yang tidak efektif oleh orang tua.
Anak remaja mendabakan kebebasan emosional dari orang tua dan orang-orang disekelilingnya. Mereka ingin sekali diakui sebagai seorang pribadi, ingin bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Dia sering membuat pernyataan-pernyataan khusus yang berbeda dengan orang dewasa untuk menunjukkan kebebasannya. Misalnya cara berpakaian, musik yang digemari, cara menyusun rambut atau menggunakan bahasa yang khusus yang hanya dapat dimengerti oleh anak remaja.
Pada masa hal yang dibutuhkan adalah pengakuan akan dirinya sebagai individu yang utuh dengan segala atributnya, akan tetapi masih terbentur dengan kurang matang emosi yang dimiliki sehingga membutuhkan saran dari orang yang dekat dengab dirinya, terutama orang tua. Bila tidak disikapi dengan cermat bisa saja memunculkan problem baru. Pada tahap ini pula remaja selalu mencari perhatian untuk menunjukkan eksistensinya, rentan sekali dengan pengaruh yang terjadi sekarang ini sebab tidak hanya perhatian dari orang tua saja yang dituntut, tetapi perhatian juga dari lingkungan di mana dia tinggal sehingga identitas diri remaja dapat terbentuk utuh.
Remaja juga masih rentang dengan pengaturan emosi diri. Tidak jarang mereka yang belum dapat menguasai juga beberapa tekanan mental yang berkelanjutan akan menimbulkan depresi yang kemudian memunculkan halusinasi, seperti halnya halusinasi dengar.
Beberapa pengalaman yang dipersembahkan Joshua adalah problematika yang hendaknya dapat diantisipasi lebih lanjut. Terima kasih.
daftar pustaka
· Live-Span Development, Jilid I, Edisi Kelima
· Live-Span Development, Jilid II, Edisi Kelima
· Keterangan Dosen dalam lokal perkuliahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar