By. Ridho Hudayana
Pak Ridho ini Mengerjai kita, Disuruhnya kita Berfikir (Orang Desa)
Beberapa hari ini, adalah jadwal saya untuk mengisi pelatihan tentang pemberdayaan di salah satu program pemberdayaan dari pemerintah yang bernama Program Generasi Sehat dan Cerdas (GSC) untuk masyarakat di 20 desa kecamatan kubu, kabupaten kubu raya. Yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, serta memberantas anak usia wajib sekolah yang putus sekolah, dengan jalan pemberdayaan masyarakat.
Seperti tahun-tahun sebelumnya pelatihan ini di gelar sesuai dengan petunjuk teknis. Namun peserta yang dilatih ada yang tergolong peserta lama dan ada yang baru kali pertama mengikuti pelatihan ini. Jadi mungkin titik sulitnya adalah pada bagaimana menyamakan persepsi dan kapasitas ilmu mereka antara yang sudah 3 tahun berjalan mengikuti pelatihan dan mengimplementasikan hasil pelatihan itu dengan yang baru kali pertama ikut pelatihan dan belum mengalami proses implementasi pelatihan.
Disini membuat saya berfikir dan menyikapinya dengan beberapa metode mudah yang pembaca juga bisa lakukan. Dan hasilnya juga memuaskan, yang sudah pernah mengikuti pelatihan ini merasa tidak bosan, dan yang baru merasa tidak minder karena tidak tahu, mau tahu caranya? Check it out!
Berikan Jiwa Pelatihan
Kalau lagu Indonesia Raya itu, ada kalimat “bagunlah jiwanya, bangunlah badannya...” ya lagu yang logis, sebelum badannya yang dibangunkan, maka jiwanya harus yang dibangunkan dulu. Sederhana tapi maknanya mendalam, begitu juga dalam pelatihan yang saya laksanakan ini, sebelum saya memberikan materi maka yang terpenting bagi saya untuk membuat semangat para peserta dan membuat peserta memperhatikan dari awal sampai akhir pelatihan, adalah dengan membangun jiwa pelatihan itu sendiri, seperti apa?
Tentunya tidak dengan game atau melawak tentunya, karena metode itu sudah lama saya tinggalkan, untuk alasan kenapa saya tinggalkan metode itu, panjang ceritanya, nanti saja kita bahas. Membangun jiwa pelatihan ini adalah dengan menjelaskan “why” anda mengikuti pelatihan ini, dan membuat peserta pelatihan yang hadir sadar dan yakin kalau mereka itu terpilih dan memiliki peran yang strategis dalam pelatihan ini, namun jangan sampai lebay dan berbohong tentunya.
Selanjutnya jika jiwa pelatihan ini sudah terbangun dengan baik, bagaimana cara mengetahuinya? Dengan meminta respon tanda mereka sudtuju dan meminta pendapat mereka beserta anggukan dan sorotan mata yang telah menghadap kita sebagai pelatih, maka jelas jiwa pelatihan sudah terbangun, tinggl membangun badannya, atau biasa iklan di televise dulu pernah mengatakan”kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda”.
Akrabkan Tanpa Sesi Perkenalan
Walaupun pelatihan ini pesertanya orang desa yang sangat suka untuk bersosialisasi, namun tetap saja masih banyak yang malu untuk saling mengenal karena ini pertemuan mereka pertama dari berbeda-beda desa yang juga jauh. Maka pelatihan ini tidak akan menjadi mengasyikkan sekaligus mudah diserap ilmu yang disampaikan, ketika kondisi pelatihan dingin tanpa keakraban, namun jika dibuat sesi perkenalan sungguh memakan waktu yang tidak sedikit mengingat materi yang banyak yang juga harus disampaikan oleh saya sebagai pelatih, jadi cara efektifnya?
Bentuk saja mereka berkelompok-kelompok yang setiap materi, terus saya acak kelompok belajarnya, supaya saling mengenal dan mencairkan suasana tanpa ice breaking atau game. Buat kelompok acak sesering mungkin, supaya mereka bisa saling akrab secara alami tanpa kita paksa semisal out bond. Mudah bukan?
Belum Paham Jadi Paham, Yang Paham Tidak Bosan
Memang pelatihan yang saya laksanakan ini sebenarnya materi itu sama saja dan berputar pada pemahaman yang itu-itu saja, hanya saja memang cara dan point of view nya yang saya rubah dan saya kemas sedemikian rupa supaya peserta yang baru ini paham tanpa minder dengan yang lama, dan peserta lama tidak bosan mengikuti pelatihan ini.
Seperti apa caranya? Setelah di bagi kelompok tadi dan secara tidak langsung dan otomatis meraka saling berkenalan singkat tanpa perlu disuruh anamun ada juga yang masih ja’im. Selanjutnya saya membagikan kertas plano untuk menuliskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah saya siapkan sebelumnya untuk mereka jawab bersama.
Dan saya buat soal itu semua murni berfikir dan berdasarkan pengalaman mereka dilapangan. Didalam kelompok ini ada peserta lama dan baru mereka digabung, dan saya terus pantau diskusi kelompoknya, apa yang sedang mereka bicarakan dan apa pendapat mereka yang ditulisakan pada kertas plano tersebut.
Ternyata memang benar dan sesuai dengan harapan, tentunya yang baru masih banyak yang belum paham, maka dalam diskusi kelompok inilah merek saling mentransfer ilmunya. Yang sudah paham memberikan pemahaman kepada yang baru, dan yang baru memberikan ide yang baru dari mereka.
Dan saya melihat ini metode yang perlu terus dikembangkan. Lalu pertanyaannya kemudian apa tugas saya sebagai pelatih kalau pesertalama sudah paham dan bisa memberikan pemahaman pada peserta yang lama? Ya tentunya saya sebagai pelatih meluruskan jika masih ada kekeliruan dan mengajarkan mereka tentang ilmu dan keterampilan baru tentunya dalam mereka meberdayajkan dan mendampingi masayarakatnya. Wallahu’alam bisshowab.